3. Apakah Perubahan Rutinitas atau Lingkungan Sangat Mengganggu Anda?
Stabilitas dan prediktabilitas seringkali memberikan rasa aman dan nyaman. Bagi banyak orang, rutinitas memberikan struktur dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bagi individu dengan potensi autisme, kebutuhan akan rutinitas dan kesulitan dalam menghadapi perubahan bisa menjadi lebih signifikan. Perubahan yang tiba-tiba atau tak terduga dapat menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan yang besar.
Mengapa ini perlu diperhatikan? Ketergantungan pada rutinitas dan kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan adalah ciri umum pada spektrum autisme. Hal ini berkaitan dengan cara otak memproses informasi dan mengatur respons terhadap lingkungan. Jika Anda merasa sangat terganggu atau cemas ketika rutinitas harian Anda berubah, atau jika Anda merasa sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, pertanyaan ini penting untuk dipertimbangkan.
Ilustrasi kejadian: Bayangkan Anda memiliki rutinitas pagi yang sangat terstruktur: bangun tidur, minum kopi, membaca berita, lalu berangkat kerja. Jika suatu hari mesin kopi Anda rusak, hal ini mungkin akan menimbulkan gangguan yang lebih besar daripada sekadar tidak bisa menikmati kopi pagi. Perubahan kecil dalam rutinitas bisa terasa sangat mengganggu dan memicu stres.
Fakta dan riset: Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan autisme seringkali menunjukkan preferensi yang kuat terhadap rutinitas dan kesulitan dalam menghadapi perubahan. Sebuah artikel Review Journal of Autism and Developmental Disorders membahas tentang bagaimana kebutuhan akan prediktabilitas dan kesulitan dalam fleksibilitas kognitif berkontribusi pada tantangan dalam adaptasi perubahan pada individu dengan autisme. Memahami respons Anda terhadap perubahan dapat membantu Anda mengenali pola-pola yang mungkin terkait dengan spektrum autisme.
4. Apakah Anda Sensitif Terhadap Stimulus Sensorik Tertentu (Suara Keras, Cahaya Terang, Tekstur)?
Dunia di sekitar kita dipenuhi dengan berbagai stimulus sensorik: suara, cahaya, bau, rasa, sentuhan. Setiap orang memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap stimulus ini. Namun, bagi individu dengan potensi autisme, sensitivitas sensorik ini seringkali lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata. Sensitivitas ini bisa berupa hipersensitivitas (reaksi berlebihan) atau hiposensitivitas (reaksi kurang) terhadap stimulus sensorik tertentu.
Mengapa sensitivitas sensorik penting? Cara kita memproses informasi sensorik sangat memengaruhi pengalaman kita dalam berinteraksi dengan dunia. Sensitivitas sensorik yang ekstrem bisa menyebabkan ketidaknyamanan, kelelahan, atau bahkan rasa sakit. Jika Anda merasa sangat terganggu oleh suara keras, cahaya terang, tekstur pakaian tertentu, atau aroma kuat, atau sebaliknya, Anda mencari stimulus sensorik yang kuat, pertanyaan ini relevan untuk Anda.
Contoh sehari-hari: Anda mungkin merasa sangat tidak nyaman berada di ruangan yang ramai dan bising, seperti pusat perbelanjaan atau konser musik. Suara-suara yang bagi orang lain mungkin biasa saja, bagi Anda bisa terasa memekakkan telinga dan memicu stres. Sebaliknya, Anda mungkin mencari sensasi sentuhan yang dalam seperti pelukan erat atau tekanan dari selimut berat untuk merasa tenang.
Data statistik: Sensory Processing Sensitivity (SPS) atau sensitivitas pemrosesan sensorik yang tinggi dilaporkan pada sebagian besar individu dengan autisme. Menurut Journal of Autism and Developmental Disorders, antara 69% hingga 95% anak-anak dengan autisme menunjukkan pola pemrosesan sensorik yang tidak biasa. Mengenali pola sensitivitas sensorik Anda dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang potensi autisme pada diri Anda.