Gaya HidupTekno

Dulu Gen Z Kecanduan, Sekarang Larang Anak Pakai Medsos!

×

Dulu Gen Z Kecanduan, Sekarang Larang Anak Pakai Medsos!

Sebarkan artikel ini
Dulu Gen Z Kecanduan, Sekarang Larang Anak Pakai Medsos!
Dulu Gen Z Kecanduan, Sekarang Larang Anak Pakai Medsos! (www.freepik.com)

perisainews.com – Ironi Gen Z yang tumbuh besar di era digital kini semakin nyata terlihat ketika mereka beranjak dewasa dan menjadi orang tua. Generasi yang lekat dengan gawai dan media sosial ini justru memiliki pandangan yang berbeda untuk anak-anak mereka. Sebuah paradoks yang menarik, bukan? Di saat dunia semakin terhubung secara digital, mengapa generasi yang paling ‘digital native’ ini justru bertekad menjauhkan buah hati mereka dari platform yang membesarkan mereka?

Generasi Z dan Era Digital: Sebuah Keintiman Sejak Lahir

Generasi Z, atau mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh di tengah gelombang internet dan teknologi digital. Mereka menyaksikan kelahiran media sosial, merasakan transisi dari internet dial-up ke koneksi broadband super cepat, dan menjadikan gawai pintar sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bagi Gen Z, dunia digital bukanlah sesuatu yang asing atau baru, melainkan ruang hidup kedua yang menemani mereka sejak kecil.

Keuntungan dan Disrupsi Era Digital bagi Gen Z

Era digital memberikan banyak keuntungan bagi Gen Z. Akses informasi tanpa batas, kemudahan berkomunikasi lintas negara, dan beragam platform kreatif untuk berekspresi adalah sebagian kecil dari dampak positifnya. Mereka tumbuh menjadi generasi yang adaptif, cepat belajar, dan terbiasa dengan perubahan. Namun, di balik gemerlap dunia digital, Gen Z juga merasakan disrupsi yang tidak sedikit.

  • Tekanan Media Sosial: Platform media sosial yang awalnya diciptakan untuk menghubungkan orang, justru seringkali menjadi sumber tekanan. Gen Z merasakan betul bagaimana perbandingan sosial, budaya pamer, dan kebutuhan validasi daring dapat memengaruhi kesehatan mental dan harga diri.
  • Informasi Berlebihan dan Disinformasi: Kemudahan akses informasi juga membawa sisi gelap. Gen Z tumbuh di tengah banjir informasi, di mana kebenaran seringkali kabur di antara berita bohong (hoax) dan disinformasi. Mereka belajar untuk menjadi konsumen informasi yang lebih kritis, namun tetap saja kewalahan menghadapi derasnya arus konten digital.
  • Kecanduan dan Ketergantungan: Gawai dan media sosial didesain untuk menarik perhatian. Notifikasi yang tak henti-hentinya, algoritma yang membuat ketagihan, dan FOMO (Fear of Missing Out) adalah tantangan nyata yang dihadapi Gen Z. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana teknologi bisa mengendalikan hidup seseorang, bahkan hingga menyebabkan kecanduan.
Baca Juga  99% Founder Gagal karena Ini! Skill Non-Teknis yang Sering Diabaikan

Refleksi Gen Z: Belajar dari Pengalaman Pribadi

Pengalaman langsung tumbuh di era digital inilah yang membentuk pandangan Gen Z terhadap media sosial dan dampaknya. Mereka bukan lagi anak kecil yang polos menerima mentah-mentah semua kemudahan teknologi. Gen Z telah dewasa dan mampu merefleksikan pengalaman mereka, baik suka maupun duka, di dunia digital.

Kesadaran akan Kesehatan Mental dan Keseimbangan Hidup

Salah satu refleksi terbesar Gen Z adalah kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Mereka melihat bagaimana media sosial dapat memicu kecemasan, depresi, dan masalah citra diri. Mereka juga merasakan sendiri bagaimana waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk berinteraksi dengan dunia nyata, justru tersita oleh layar gawai.

  • Studi dan Statistik: Berbagai studi dan statistik menunjukkan bahwa generasi muda, termasuk Gen Z, mengalami peningkatan masalah kesehatan mental yang signifikan. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi yang paling mungkin melaporkan masalah kesehatan mental dibandingkan generasi lainnya. Media sosial seringkali disebut sebagai salah satu faktor pemicunya.
  • Tren ‘Digital Detox’ dan ‘Mindful Technology Use’: Sebagai respons terhadap disrupsi era digital, Gen Z juga mempelopori tren ‘digital detox’ dan ‘mindful technology use’. Mereka mulai mencari cara untuk membatasi penggunaan media sosial, menciptakan ruang untuk interaksi sosial yang lebih bermakna, dan fokus pada aktivitas yang menyehatkan jiwa dan raga.
Baca Juga  Tanda Kita Tidak Menarik di Mata Orang Lain, Nomor 3 Paling Menyakitkan

Generasi Z Sebagai Orang Tua: Melindungi Anak dari ‘Kutukan’ Media Sosial?

Kini, ketika Gen Z memasuki fase kehidupan baru sebagai orang tua, refleksi mereka tentang era digital semakin mengkristal. Mereka tidak ingin anak-anak mereka mengalami dampak negatif yang sama, atau bahkan lebih buruk, dari media sosial. Tekad untuk menjauhkan anak dari media sosial bukanlah bentuk penolakan terhadap teknologi, melainkan upaya proaktif untuk melindungi generasi penerus dari potensi ‘kutukan’ dunia digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *