6. Meremehkan Kebutuhan Diri Sendiri
Kebiasaan lain yang sering dilakukan people-pleaser adalah meremehkan kebutuhan diri sendiri. Mereka cenderung menempatkan kebutuhan dan keinginan orang lain di atas kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Mereka mungkin rela menunda makan, kurang tidur, atau mengabaikan kesehatan fisik dan mental mereka, demi membantu atau menyenangkan orang lain.
Kebiasaan mengabaikan diri sendiri ini bisa sangat berbahaya dalam jangka panjang. Jika kamu terus-menerus mengorbankan kebutuhanmu demi orang lain, kamu akan merasa kelelahan, stres, dan tidak bahagia. Kamu juga akan kehilangan kontak dengan diri sendiri, dan tidak tahu lagi apa yang sebenarnya kamu inginkan dan butuhkan dalam hidup. Ingatlah bahwa kamu tidak bisa menuangkan dari cangkir yang kosong. Kamu perlu memenuhi kebutuhanmu sendiri terlebih dahulu, sebelum kamu bisa membantu orang lain dengan efektif.
Belajarlah untuk memprioritaskan self-care atau perawatan diri. Dengarkan tubuh dan pikiranmu, identifikasi apa yang kamu butuhkan untuk merasa sehat dan bahagia, dan penuhi kebutuhan tersebut tanpa merasa bersalah. Sisihkan waktu untuk istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, berolahraga, melakukan hobi yang kamu sukai, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang kamu cintai. Ingatlah bahwa merawat diri sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan tindakan penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mentalmu, serta memungkinkanmu untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.
7. Sulit Menetapkan Batasan yang Sehat
Batasan yang sehat adalah garis pembatas yang kamu tetapkan untuk melindungi diri sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun mental. Batasan ini membantu kamu untuk menentukan apa yang bisa kamu terima dan apa yang tidak bisa kamu terima dari orang lain. Seorang people-pleaser biasanya mengalami kesulitan dalam menetapkan batasan yang sehat. Mereka cenderung membiarkan orang lain melewati batas mereka, karena takut mengecewakan atau membuat orang lain marah.
Ketidakmampuan menetapkan batasan ini membuat people-pleaser rentan terhadap boundaries violation atau pelanggaran batasan. Orang lain mungkin memanfaatkan kebaikan mereka, meminta terlalu banyak, atau bahkan memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Padahal, menetapkan batasan yang sehat adalah kunci untuk menjaga hubungan yang sehat dan setara. Batasan yang jelas membantu kamu untuk menghargai diri sendiri, melindungi energimu, dan menjaga keseimbangan dalam hubunganmu dengan orang lain.
Belajarlah untuk menetapkan batasan yang sehat dengan tegas namun tetap sopan. Identifikasi batasan-batasanmu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti waktu, energi, materi, dan emosi. Komunikasikan batasan-batasan ini dengan jelas kepada orang-orang di sekitarmu. Misalnya, kamu bisa mengatakan, “Maaf, aku tidak bisa meminjamkan uang lagi untuk saat ini.” Atau, “Aku bisa membantu kamu sampai jam 5 sore, setelah itu aku ada urusan lain.” Ingatlah bahwa menetapkan batasan adalah hakmu, dan bukan berarti kamu adalah orang yang egois atau tidak peduli.
Mengubah Kebiasaan People-Pleasing Membutuhkan Proses dan Kesabaran
Mengubah kebiasaan people-pleasing bukanlah proses yang instan. Membutuhkan waktu, kesadaran diri, dan latihan yang konsisten. Namun, dengan kemauan yang kuat dan strategi yang tepat, kamu bisa melepaskan diri dari pola perilaku yang tidak sehat ini, dan membangun hubungan yang lebih sehat dan autentik dengan diri sendiri dan orang lain.
Langkah pertama adalah mengenali dan mengakui kebiasaan-kebiasaan people-pleasing yang kamu miliki. Perhatikan pola-pola perilaku dan reaksimu dalam berbagai situasi sosial. Tanyakan pada diri sendiri, mengapa kamu melakukan hal-hal tersebut? Apa yang kamu harapkan dari perilaku people-pleasingmu? Apa dampak negatifnya bagi dirimu?
Setelah kamu menyadari kebiasaan-kebiasaanmu, mulailah untuk mengubahnya secara bertahap. Mulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti belajar mengatakan ‘tidak’ untuk permintaan-permintaan yang tidak sesuai dengan kemampuanmu, atau berhenti meminta maaf untuk hal-hal yang bukan kesalahanmu. Beranikan diri untuk menyampaikan pendapatmu, meskipun berbeda dengan pendapat orang lain. Fokuslah pada memenuhi kebutuhanmu sendiri terlebih dahulu, sebelum membantu orang lain. Tetapkan batasan yang jelas dalam hubunganmu dengan orang lain, dan jangan ragu untuk mempertahankannya.
Proses perubahan ini mungkin akan terasa sulit dan tidak nyaman pada awalnya. Kamu mungkin akan merasa bersalah, cemas, atau takut kehilangan persetujuan orang lain. Namun, ingatlah bahwa perubahan ini adalah investasi jangka panjang untuk kebahagiaan dan kesejahteraanmu. Bersabarlah pada diri sendiri, dan rayakan setiap kemajuan kecil yang berhasil kamu capai. Jika kamu merasa kesulitan untuk mengubah kebiasaan people-pleasingmu sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor.
Dengan melepaskan kebiasaan people-pleasing, kamu akan belajar untuk lebih mencintai dan menghargai diri sendiri, membangun hubungan yang lebih sehat dan setara dengan orang lain, serta meraih kebahagiaan dan kesejahteraan yang sejati. Ingatlah, dirimu berharga apa adanya, dan kamu berhak untuk bahagia tanpa harus selalu menyenangkan semua orang.