Pengembangan DiriPsikologi

7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan

×

7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan

Sebarkan artikel ini
7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan
7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan (www.freepik.com)

3. Merasa Bertanggung Jawab Atas Perasaan Orang Lain

Seorang people-pleaser seringkali merasa bertanggung jawab atas perasaan orang-orang di sekitarnya. Mereka merasa harus selalu memastikan bahwa orang lain merasa senang, nyaman, dan tidak kecewa. Ketika ada orang di sekitar mereka yang terlihat sedih atau marah, people-pleaser merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki suasana hati orang tersebut, bahkan jika masalahnya tidak ada hubungannya dengan mereka.

Perasaan bertanggung jawab yang berlebihan ini bisa sangat melelahkan secara emosional. Kamu tidak bisa mengontrol perasaan orang lain, dan memaksakan diri untuk selalu bertanggung jawab atas perasaan mereka hanya akan membuatmu merasa frustrasi dan tertekan. Setiap orang bertanggung jawab atas perasaannya sendiri. Tugasmu adalah menjadi suportif dan empatik, bukan memikul beban emosional orang lain.

Belajarlah untuk melepaskan rasa tanggung jawab yang berlebihan ini. Fokuslah pada bagaimana kamu bisa mengelola perasaanmu sendiri dengan baik, dan berikan dukungan kepada orang lain sebatas kemampuanmu. Jika ada temanmu yang sedang bersedih, dengarkan keluh kesahnya, berikan kata-kata penyemangat, namun jangan merasa bahwa kamu harus menyelesaikan masalahnya atau membuat mereka langsung bahagia. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki prosesnya sendiri dalam menghadapi emosi.

Baca Juga  Persahabatan Satu Arah? Saatnya Berhenti Mengemis!

4. Menghindari Konflik dengan Segala Cara

Konflik adalah bagian alami dari interaksi sosial. Namun, bagi seorang people-pleaser, konflik adalah sesuatu yang sangat menakutkan dan harus dihindari dengan segala cara. Mereka lebih memilih untuk mengalah dan mengiyakan pendapat orang lain, daripada harus terlibat dalam perdebatan atau perselisihan, meskipun mereka tahu bahwa pendapat mereka benar.

Ketakutan akan konflik ini biasanya berasal dari keinginan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan semua orang. People-pleaser khawatir jika mereka berbeda pendapat atau terlibat konflik, orang lain akan marah, menjauhi, atau tidak menyukai mereka lagi. Padahal, menghindari konflik justru bisa membuatmu kehilangan kesempatan untuk menyampaikan pendapatmu, memperjuangkan hakmu, dan membangun hubungan yang lebih jujur dan sehat.

Baca Juga  5 Pertanyaan Wawancara Kerja yang Bisa Bongkar Karakter Asli Kandidat

Konflik yang sehat justru bisa menjadi sarana untuk menyelesaikan masalah, memperjelas perbedaan pendapat, dan mempererat hubungan. Belajarlah untuk menghadapi konflik dengan kepala dingin dan komunikasi yang asertif. Sampaikan pendapatmu dengan jelas dan sopan, dengarkan juga pendapat orang lain, dan cari solusi yang terbaik untuk semua pihak. Ingatlah bahwa berbeda pendapat bukan berarti bermusuhan.

5. Sangat Bergantung pada Validasi dan Persetujuan Orang Lain

data-sourcepos=”45:1-45:409″>Seorang people-pleaser seringkali sangat bergantung pada validasi dan persetujuan orang lain untuk merasa dirinya berharga. Mereka selalu mencari pujian, pengakuan, dan persetujuan dari orang-orang di sekitarnya. Ketika mereka mendapatkan pujian, mereka merasa senang dan percaya diri. Namun, ketika mereka mendapatkan kritik atau penolakan, mereka merasa sangat terpukul dan merasa dirinya tidak berharga.

Baca Juga  Bukan Cuma Baik, Ini 17 Tanda Orang Penuh Kasih Sayang

Ketergantungan pada validasi eksternal ini membuat people-pleaser rentan terhadap manipulasi dan eksploitasi. Mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan persetujuan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan prinsip dan nilai-nilai mereka sendiri. Padahal, harga dirimu seharusnya tidak ditentukan oleh pendapat orang lain. Nilai dirimu sudah ada sejak kamu dilahirkan, dan tidak bergantung pada apa yang orang lain pikirkan tentangmu.

Belajarlah untuk membangun self-validation, yaitu kemampuan untuk memvalidasi diri sendiri dari dalam. Fokuslah pada kekuatan dan pencapaianmu, hargai dirimu sendiri atas segala upaya yang telah kamu lakukan, dan berikan dirimu self-compassion ketika kamu melakukan kesalahan. Ingatlah bahwa pendapat orang lain hanyalah opini, dan tidak selalu mencerminkan kebenaran tentang dirimu. Validasi yang paling penting adalah validasi dari dirimu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *