Pengembangan DiriPsikologi

7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan

×

7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan

Sebarkan artikel ini
7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan
7 Kebiasaan People-Pleaser Bisa Bikin Hidupmu Melelahkan (www.freepik.com)

perisainews.com – Istilah people-pleaser mungkin sudah familiar di telinga kita, menggambarkan seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan hingga mengorbankan kebutuhan dan keinginan diri sendiri.

Menyenangkan orang lain memang bukan hal yang buruk. Empati dan keinginan untuk membantu adalah kualitas yang terpuji. Namun, ketika dorongan untuk menyenangkan orang lain menjadi sebuah kebiasaan yang tak terkendali, justru dapat membawa dampak negatif bagi diri sendiri. Dalam jangka panjang, menjadi people-pleaser bisa menguras energi emosional, memicu stres, hingga hilangnya jati diri.

Tanpa disadari, ada beberapa kebiasaan sehari-hari yang justru memperkuat kecenderungan menjadi people-pleaser. Kebiasaan-kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, namun jika terus dilakukan, akan semakin menjeratmu dalam pola perilaku yang tidak sehat. Apa saja kebiasaan-kebiasaan tersebut? Mari kita bahas satu per satu:

1. Selalu Mengatakan ‘Ya’ Padahal Hati Berkata ‘Tidak’

Pernahkah kamu menerima ajakan teman untuk pergi ke suatu acara, padahal sebenarnya kamu merasa sangat lelah dan ingin beristirahat di rumah? Atau mungkin kamu menerima tugas tambahan dari atasan, padahal jadwal pekerjaanmu sudah sangat padat? Jika seringkali kamu mengiyakan permintaan orang lain meski dalam hati kamu merasa terpaksa, inilah salah satu ciri utama seorang people-pleaser.

Baca Juga  Solo Quality Time, Menikmati Waktu Sendiri dan Meningkatkan Produktivitas

Kebiasaan mengatakan ‘ya’ ini biasanya berakar dari rasa tidak enak atau takut mengecewakan orang lain. Kamu mungkin khawatir jika menolak permintaan, orang lain akan marah, kecewa, atau bahkan menjauhimu. Padahal, memaksakan diri untuk selalu ‘ya’ hanya akan membuatmu merasa terbebani dan tidak bahagia. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa membuatmu kehilangan waktu dan energi untuk fokus pada kebutuhan dan tujuanmu sendiri.

Cobalah untuk mulai belajar mengatakan ‘tidak’ dengan tegas namun tetap sopan. Ingatlah bahwa menolak permintaan bukan berarti kamu adalah orang yang jahat atau tidak peduli. Menolak justru menunjukkan bahwa kamu menghargai waktu dan energimu sendiri, serta memiliki batasan yang jelas. Misalnya, kamu bisa mengatakan, “Terima kasih atas undangannya, tapi maaf sekali kali ini aku tidak bisa ikut karena sudah ada rencana lain.” Atau, “Saya menghargai tawaran tugas tambahan ini, tapi saat ini saya sedang fokus menyelesaikan pekerjaan yang sudah ada. Mungkin lain waktu saya bisa membantu.”

Baca Juga  Berurusan dengan Rekan Kerja Narsistik? Begini Cara Bertahan Tanpa Drama

2. Terlalu Sering Minta Maaf, Bahkan Untuk Hal yang Bukan Kesalahanmu

Kebiasaan lain yang sering dilakukan people-pleaser adalah terlalu sering meminta maaf, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya bukan kesalahan mereka. Misalnya, ketika tidak sengaja menyenggol orang di jalan, atau ketika terlambat beberapa menit dalam pertemuan. Meminta maaf memang penting sebagai bentuk kesopanan, namun jika dilakukan terlalu sering dan tanpa alasan yang jelas, ini bisa menjadi tanda people-pleasing.

Kebiasaan ini biasanya muncul dari rasa rendah diri dan perasaan selalu bersalah. People-pleaser seringkali merasa bahwa mereka selalu merepotkan atau mengganggu orang lain, sehingga mereka merasa perlu meminta maaf untuk segala hal, bahkan untuk hal-hal yang di luar kendali mereka. Padahal, meminta maaf terlalu sering justru bisa membuatmu terlihat kurang percaya diri dan tidak berdaya.

Baca Juga  Sering Lupa atau Gejala Demensia? Kenali Tandanya Sebelum Terlambat!

Belajarlah untuk membedakan kapan kamu benar-benar perlu meminta maaf, dan kapan permintaan maafmu hanya didorong oleh rasa tidak aman. Jika kamu memang melakukan kesalahan, tentu meminta maaf adalah hal yang tepat. Namun, jika kamu merasa perlu meminta maaf hanya karena takut mengecewakan orang lain atau terlihat tidak sempurna, cobalah untuk menahannya. Alih-alih meminta maaf, kamu bisa menggantinya dengan ucapan terima kasih atau kalimat positif lainnya. Misalnya, daripada mengatakan “Maaf sudah terlambat,” kamu bisa mengatakan “Terima kasih sudah menunggu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *