Manipulasi Emosional
Ini adalah jenis manipulasi yang paling sering terjadi dan paling merusak. Manipulator emosional menggunakan emosi sebagai senjata untuk mengontrol korbannya. Beberapa taktik manipulasi emosional yang umum meliputi:
-
Gaslighting: Membuat korban meragukan ingatan, persepsi, dan kewarasan mereka sendiri. Manipulator akan menyangkal kejadian yang jelas terjadi, memutarbalikkan fakta, atau membuat korban merasa bersalah atas sesuatu yang bukan kesalahan mereka. Contohnya, manipulator mungkin berkata, “Kamu terlalu sensitif,” atau “Itu tidak pernah terjadi,” padahal jelas-jelas kejadian tersebut ada dan korban merasakannya.
-
Playing Victim (Berperan Sebagai Korban): Manipulator memposisikan diri sebagai korban dalam setiap situasi, bahkan ketika mereka adalah pihak yang bersalah. Mereka mencari simpati dan perhatian dengan menceritakan kisah-kisah sedih atau menyalahkan orang lain atas masalah mereka. Tujuannya adalah untuk membuat korban merasa kasihan dan bertanggung jawab atas kebahagiaan manipulator.
-
Guilt-Tripping (Membuat Merasa Bersalah): Manipulator membuat korban merasa bersalah atau berhutang budi agar mereka melakukan apa yang manipulator inginkan. Mereka mungkin menggunakan kalimat seperti, “Setelah semua yang telah aku lakukan untukmu…” atau “Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu akan…” untuk memanipulasi perasaan korban.
-
Emotional Blackmail (Pemusatan Emosional): Manipulator mengancam akan menarik cinta, perhatian, atau dukungan mereka jika korban tidak menuruti kemauan mereka. Mereka mungkin berkata, “Kalau kamu pergi, aku akan melakukan sesuatu yang buruk pada diriku sendiri,” atau “Kalau kamu tidak setuju, aku tidak akan bicara lagi denganmu.”
-
Silent Treatment (Perlakuan Diam): Manipulator mengabaikan atau mendiamkan korban sebagai bentuk hukuman atau kontrol. Mereka menolak untuk berkomunikasi, menjawab pertanyaan, atau mengakui keberadaan korban. Perlakuan diam ini bisa sangat menyakitkan dan membuat korban merasa tidak berharga atau tidak penting.
Manipulasi Finansial
Manipulasi finansial terjadi ketika seseorang menggunakan uang atau aset keuangan untuk mengontrol atau memanfaatkan pasangannya. Jenis manipulasi ini seringkali terjadi dalam hubungan rumah tangga atau hubungan yang melibatkan ketergantungan finansial. Contohnya:
-
Mengontrol Akses ke Keuangan: Manipulator mungkin mengontrol semua keuangan keluarga, membatasi akses pasangan ke uang, atau membuat pasangan merasa bergantung secara finansial. Mereka mungkin menuntut laporan keuangan yang detail, melarang pasangan bekerja, atau memberikan uang saku yang sangat terbatas.
-
Memanfaatkan Keuangan Pasangan: Manipulator mungkin menggunakan uang pasangan untuk kepentingan pribadi mereka tanpa izin atau persetujuan. Mereka mungkin berhutang dalam jumlah besar atas nama pasangan, menggunakan kartu kredit pasangan tanpa sepengetahuan mereka, atau menghabiskan uang keluarga untuk hal-hal yang tidak penting.
-
Menyabot Karir Pasangan: Manipulator mungkin mencoba untuk menghalangi pasangan dalam mencapai kemandirian finansial. Mereka mungkin mengkritik pekerjaan pasangan, meremehkan kemampuan mereka, atau bahkan mencoba untuk membuat pasangan kehilangan pekerjaan.
Manipulasi Psikologis
Manipulasi psikologis mencakup berbagai taktik yang bertujuan untuk merusak kesehatan mental dan emosional korban. Jenis manipulasi ini bisa sangat halus dan sulit untuk dikenali, namun dampaknya bisa sangat merusak dalam jangka panjang. Beberapa contoh manipulasi psikologis meliputi: