- Hanya memuji anak ketika mereka mendapatkan nilai bagus di sekolah.
- Marah atau kecewa jika anak melakukan kesalahan atau gagal.
- Tidak pernah menghargai usaha anak jika hasilnya tidak sesuai harapan.
Sikap seperti ini akan membuat anak tidak percaya diri dan takut mencoba hal baru karena takut gagal. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang perfeksionis dan mudah frustasi.
Solusi:
- Puji usaha dan kemajuan anak, bukan hanya hasil akhir.
- Ajarkan anak untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan.
- Fokus pada proses belajar dan perkembangan anak, bukan hanya pada pencapaian instan.
8. Membuat Standar yang Terlalu Tinggi dan Tidak Realistis
Setiap orang tua tentu berharap anaknya sukses dan berprestasi. Namun, membuat standar yang terlalu tinggi dan tidak realistis justru akan membuat anak tidak percaya diri dan merasa gagal. Anak-anak memiliki keterbatasan dan kemampuan yang berbeda-beda. Memaksakan standar yang terlalu tinggi hanya akan membuat mereka merasa tidak mampu dan tidak berharga.
Contoh standar yang tidak realistis:
- Mengharapkan anak selalu menjadi juara kelas.
- Membandingkan prestasi anak dengan anak-anak yang lebih berbakat atau memiliki fasilitas yang lebih baik.
- Tidak menerima kekurangan anak atau kesalahan yang mereka lakukan.
Standar yang tidak realistis akan membuat anak tidak percaya diri dan merasa tertekan. Mereka akan merasa selalu kurang dan tidak pernah cukup baik.
Solusi:
- Buat standar yang realistis dan sesuai dengan kemampuan anak.
- Fokus pada perkembangan dan kemajuan anak secara bertahap.
- Terima kekurangan anak dan bantu mereka mengembangkan potensi yang mereka miliki.
9. Mengabaikan atau Menyepelekan Perasaan Anak
Perasaan anak, sekecil apapun, adalah valid dan penting. Kesalahan orang tua adalah mengabaikan atau menyepelekan perasaan anak. Ketika orang tua tidak peduli dengan perasaan anak, anak tidak percaya diri dan merasa tidak dihargai. Anak-anak perlu merasa bahwa perasaan mereka didengar, dipahami, dan dihargai oleh orang tua.
Contoh menyepelekan perasaan anak:
- Mengatakan “Ah, itu cuma perasaanmu saja” saat anak mengungkapkan kesedihan atau kekecewaan.
- Menertawakan anak saat mereka merasa takut atau malu.
- Mengabaikan anak yang sedang marah atau frustasi.
Sikap seperti ini akan membuat anak tidak percaya diri dan merasa tidak dipedulikan. Mereka akan kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan mencari dukungan emosional dari orang lain.
Solusi:
- Dengarkan perasaan anak dengan penuh perhatian dan empati.
- Validasi perasaan anak dan tunjukkan bahwa Anda memahami apa yang mereka rasakan.
- Bantu anak mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat dan positif.
10. Kurang Memberikan Kepercayaan dan Kebebasan
Kepercayaan dan kebebasan adalah dua hal penting yang dibutuhkan anak untuk membangun percaya diri. Ketika orang tua memberikan kepercayaan dan kebebasan yang sesuai usia, anak merasa dihargai dan dianggap mampu. Kepercayaan dan kebebasan ini memberikan ruang bagi anak untuk bereksplorasi, mengambil keputusan, dan belajar bertanggung jawab atas pilihan mereka. Sebaliknya, jika orang tua terlalu mengontrol dan tidak memberikan kepercayaan, maka akan membuat anak tidak percaya diri dan merasa tidak berdaya.
Contoh kurang memberikan kepercayaan dan kebebasan:
- Selalu mengawasi anak secara berlebihan dan tidak memberikan ruang pribadi.
- Tidak mengizinkan anak bermain di luar rumah tanpa pengawasan orang tua.
- Selalu mengatur semua kegiatan anak tanpa melibatkan mereka dalam perencanaan.
Sikap seperti ini akan membuat anak tidak percaya diri dan bergantung pada orang lain. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemandirian dan kemampuan mengambil keputusan.
Solusi: