2. Ciptakan Waktu Berkualitas Bersama Setiap Anak Secara Terpisah
Dalam keluarga dengan lebih dari satu anak, seringkali orang tua cenderung menghabiskan waktu dengan anak-anak secara bersamaan. Meskipun penting untuk membangun kebersamaan keluarga, menciptakan waktu berkualitas secara individu dengan setiap anak juga sangat krusial untuk mencegah rasa iri.
Praktikkan:
- Jadwalkan Waktu Khusus: Sisihkan waktu khusus setiap minggu atau setiap hari untuk dihabiskan hanya berdua dengan setiap anak. Waktu ini bisa digunakan untuk melakukan aktivitas yang disukai anak, seperti bermain, membaca buku, atau sekadar mengobrol.
- Dengarkan dengan Empati: Saat menghabiskan waktu berdua, berikan perhatian penuh pada anak. Dengarkan cerita, keluhan, atau pikiran mereka dengan empati dan tanpa menghakimi. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli dan tertarik dengan apa yang mereka rasakan.
- Lakukan Aktivitas Sesuai Minat Anak: Biarkan anak memilih aktivitas yang ingin dilakukan saat waktu berdua. Ini akan membuat mereka merasa dihargai dan diakui preferensinya.
- Tanpa Gangguan: Pastikan waktu berdua ini bebas dari gangguan, seperti gadget atau pekerjaan rumah. Fokuskan perhatian sepenuhnya pada anak.
Waktu berkualitas secara individu memberikan sinyal pada setiap anak bahwa mereka penting dan dicintai secara utuh, bukan hanya sebagai bagian dari kelompok saudara kandung. Ini mengurangi rasa iri dan kebutuhan untuk bersaing mendapatkan perhatian orang tua.
3. Ajarkan Kerja Sama dan Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Lingkungan keluarga yang terlalu fokus pada kompetisi dapat memicu rasa iri dan persaingan tidak sehat. Strategi parenting selanjutnya adalah mengajarkan kerja sama dan kolaborasi, bukan kompetisi. Fokus pada membangun tim keluarga di mana setiap anggota saling mendukung dan membantu.
Praktikkan:
- Berikan Tugas Keluarga Bersama: Libatkan anak-anak dalam tugas keluarga yang membutuhkan kerja sama, seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan, atau merawat tanaman. Tekankan pentingnya kerja sama tim untuk mencapai tujuan bersama.
- Mainkan Permainan Kooperatif: Pilih permainan yang menekankan kerja sama daripada kompetisi. Permainan papan kooperatif atau permainan outdoor yang membutuhkan tim adalah pilihan yang baik.
- Proyek Keluarga: Libatkan anak-anak dalam proyek keluarga yang membutuhkan kolaborasi, seperti membuat kerajinan tangan bersama, merancang kebun keluarga, atau merencanakan liburan keluarga.
- Puji Kerja Sama: Berikan pujian dan pengakuan saat anak-anak menunjukkan kerja sama dan kolaborasi yang baik. Misalnya, “Ibu senang sekali melihat kalian berdua bekerja sama membersihkan kamar, hasilnya jadi lebih cepat dan rapi.”
Dengan mengajarkan kerja sama dan kolaborasi, anak-anak belajar bahwa mereka bisa saling mendukung dan mencapai tujuan bersama, daripada saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Ini membangun rasa persaudaraan yang kuat dan mengurangi dorongan untuk berkompetisi secara tidak sehat.
4. Hindari Membandingkan Pencapaian Anak di Depan Umum
Meskipun terkadang tidak disengaja, membandingkan pencapaian anak di depan umum bisa sangat merusak dan memicu rasa iri serta kompetisi tidak sehat. Hindari menceritakan kelebihan seorang anak di depan saudara kandungnya, atau sebaliknya, menceritakan kekurangan seorang anak kepada saudaranya.
Praktikkan:
- Pujian Individu Secara Pribadi: Jika ingin memuji pencapaian seorang anak, lakukan secara pribadi dan terpisah dari saudara kandungnya. Misalnya, puji anak secara pribadi saat waktu berdua, atau berikan catatan pujian di kamarnya.
- Hindari Memamerkan Kelebihan: Jangan menceritakan kelebihan seorang anak kepada saudara kandungnya, terutama dengan tujuan untuk membuat saudara kandungnya merasa termotivasi atau iri. Ini justru akan menciptakan perasaan tidak aman dan persaingan.
- Jaga Privasi: Hindari menceritakan kekurangan atau kesalahan seorang anak kepada saudara kandungnya. Ini akan merusak kepercayaan dan memperburuk hubungan saudara.
- Fokus pada Keluarga Secara Keseluruhan: Saat berbicara tentang keluarga di depan umum, fokuslah pada pencapaian keluarga secara keseluruhan, bukan pada pencapaian individu anak. Misalnya, “Kami bangga keluarga kami selalu kompak dan saling mendukung.”
Menghindari membandingkan pencapaian anak di depan umum menjaga harga diri setiap anak dan mencegah mereka merasa dibandingkan atau dinilai di mata saudara kandung dan orang lain. Ini menciptakan lingkungan yang aman dan suportif di mana setiap anak merasa diterima dan dihargai.