ParentingPsikologi

Manja? 10 Perilaku Anak Ini Sebenarnya Wajar

×

Manja? 10 Perilaku Anak Ini Sebenarnya Wajar

Sebarkan artikel ini
Manja? 10 Perilaku Anak Ini Sebenarnya Wajar
Manja? 10 Perilaku Anak Ini Sebenarnya Wajar (www.freepik.com)

9. Sering Berbohong atau Melebih-lebihkan Cerita

Anak yang sering berbohong atau melebih-lebihkan cerita seringkali membuat orang tua khawatir dan kecewa. “Tidak jujur, manja!” mungkin stigma yang langsung melekat. Padahal, berbohong pada anak-anak, terutama usia prasekolah dan sekolah dasar awal, seringkali bukan merupakan tanda keburukan karakter, melainkan bagian dari perkembangan kognitif dan imajinasi mereka.

Mengapa ini wajar? Anak-anak masih belajar membedakan antara fantasi dan kenyataan. Imajinasi mereka sangat kaya dan berkembang pesat. Berbohong atau melebih-lebihkan cerita bisa jadi merupakan cara mereka mengeksplorasi imajinasi mereka, mencari perhatian, atau menghindari hukuman. Terkadang, anak berbohong bukan untuk menyakiti orang lain, melainkan untuk melindungi diri sendiri atau mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Bagaimana meresponsnya? Jangan langsung menghakimi atau menghukum anak saat mereka berbohong. Cobalah pahami alasan di balik kebohongan mereka. Apakah mereka berbohong karena takut dimarahi, ingin mencari perhatian, atau sekadar berimajinasi? Ajarkan anak tentang pentingnya kejujuran dengan cara yang positif dan tidak menggurui. Berikan contoh yang baik dengan selalu jujur dan terbuka pada anak. Puji dan hargai setiap kali anak berkata jujur, meskipun itu tentang hal yang tidak menyenangkan.

Baca Juga  Bahasa Sehari-hari Bisa Mengubah Cara Orang Menilai Kita

10. Tidak Mau Mengalah dan Selalu Ingin Menang Sendiri

Anak yang tidak mau mengalah saat bermain, selalu ingin menang sendiri, atau marah jika kalah seringkali dianggap egois dan manja. Padahal, persaingan dan keinginan untuk menang adalah hal yang wajar dalam perkembangan anak-anak. Mereka sedang belajar tentang kompetisi, prestasi, dan bagaimana menghadapi kekalahan.

Mengapa ini wajar? Anak-anak, terutama usia prasekolah dan sekolah dasar, masih belajar tentang konsep menang dan kalah. Mereka belum sepenuhnya memahami bahwa kalah dalam permainan bukanlah akhir dunia. Keinginan untuk menang bisa jadi merupakan dorongan alami untuk berprestasi dan membuktikan kemampuan mereka. Selain itu, anak-anak juga masih belajar mengelola emosi negatif seperti kekecewaan dan kemarahan saat kalah.

Baca Juga  Mau Tahu Kepribadian Seseorang? Cek Pola Bicaranya!

Bagaimana meresponsnya? Ajarkan anak tentang sportivitas dan cara menerima kekalahan dengan lapang dada. Berikan contoh yang baik dengan menunjukkan sikap sportif saat bermain bersama anak. Puji usaha dan partisipasi anak dalam permainan, bukan hanya hasil akhirnya. Jelaskan bahwa menang dan kalah adalah bagian dari permainan, dan yang terpenting adalah bersenang-senang dan belajar bersama. Ajak anak berdiskusi tentang perasaan mereka saat menang dan kalah, dan bantu mereka mengembangkan strategi coping yang sehat untuk menghadapi kekalahan.

Memahami bahwa banyak perilaku anak yang terlihat “manja” sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan yang normal dan wajar adalah langkah awal yang penting bagi orang tua dan orang dewasa di sekitar anak. Alih-alih langsung melabeli dan menghakimi, mari kita coba dekati anak dengan empati, kesabaran, dan pemahaman. Dengan respons yang tepat dan dukungan yang penuh kasih sayang, kita bisa membantu anak-anak melewati fase-fase perkembangan mereka dengan lebih baik, dan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan berempati. Ingatlah, setiap anak itu unik dan memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Yang terpenting adalah kita selalu hadir, mendukung, dan mencintai mereka apa adanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *