DigitalKesehatan

5 Kebiasaan Digital Ini Bikin Daya Ingatmu Melemah

×

5 Kebiasaan Digital Ini Bikin Daya Ingatmu Melemah

Sebarkan artikel ini
5 Kebiasaan Digital Ini Bikin Daya Ingatmu Melemah
5 Kebiasaan Digital Ini Bikin Daya Ingatmu Melemah (www.freepik.com)

data-sourcepos=”5:1-5:411″>perisainews.com – Di era serba digital ini, kebiasaan digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, tahukah Anda bahwa tanpa disadari, beberapa kebiasaan digital yang kita anggap lumrah justru dapat menggerogoti daya ingat dan konsentrasi Anda secara perlahan? Mari kita telaah lebih dalam kebiasaan-kebiasaan digital apa saja yang patut diwaspadai dan bagaimana dampaknya bagi otak kita.

1. Multitasking Digital: Ilusi Produktivitas yang Merusak Fokus

Konsep multitasking seringkali dipuja sebagai simbol efisiensi dan produktivitas tinggi. Namun, dalam konteks digital, multitasking justru menjadi jebakan yang merusak konsentrasi dan daya ingat. Bayangkan, saat Anda mengerjakan tugas penting di laptop, notifikasi media sosial terus bermunculan di ponsel, email masuk berdering, dan Anda mencoba merespons semuanya sekaligus.

Otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan banyak tugas sekaligus secara efektif. Alih-alih meningkatkan produktivitas, multitasking digital justru memecah fokus, membuat Anda sulit berkonsentrasi penuh pada satu tugas. Setiap kali perhatian Anda teralihkan oleh notifikasi atau gangguan digital lainnya, otak membutuhkan waktu untuk kembali fokus pada tugas utama. Proses switching yang terus-menerus ini tidak hanya melelahkan otak, tetapi juga mengurangi efisiensi dan meningkatkan potensi kesalahan.

Baca Juga  Makan Sebelum Tidur, Kebiasaan Sehat atau Bom Waktu untuk Tubuh?

Sebuah studi dari Stanford University menunjukkan bahwa multitasking kronis justru menurunkan kinerja dalam tugas-tugas kognitif, termasuk daya ingat dan konsentrasi. Orang yang terbiasa multitasking digital cenderung lebih sulit menyaring informasi yang tidak relevan dan lebih mudah terdistraksi. Efek jangka panjangnya, kebiasaan ini dapat mengurangi kemampuan otak untuk fokus dalam jangka waktu lama dan memperburuk daya ingat jangka pendek.

2. Ketergantungan pada Notifikasi: Alarm Palsu yang Mencuri Perhatian

Bunyi “ting!” notifikasi media sosial, email, atau aplikasi pesan instan telah menjadi suara latar kehidupan modern. Awalnya, notifikasi dirancang untuk memberi tahu informasi penting secara real-time. Namun, kini, banyak dari kita justru menjadi budak notifikasi. Setiap kali notifikasi berbunyi, dorongan untuk segera memeriksa ponsel menjadi sulit ditolak.

Ketergantungan pada notifikasi menciptakan siklus perhatian yang terpecah. Setiap kali Anda merespons notifikasi, fokus pada tugas yang sedang dikerjakan otomatis terhenti. Bahkan jika notifikasi tersebut tidak penting, otak sudah terlanjur teralihkan dan membutuhkan waktu untuk kembali fokus. Proses ini, yang terjadi berulang kali dalam sehari, secara signifikan mengurangi rentang perhatian dan konsentrasi.

Baca Juga  Fakta Mengejutkan! ADHD Bisa Jadi Kunci Kreativitas Tanpa Batas

Lebih dari itu, notifikasi juga memicu pelepasan dopamin di otak, neurotransmitter yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan. Dopamin inilah yang membuat kita merasa “nagih” untuk terus memeriksa notifikasi, bahkan ketika kita tahu bahwa sebagian besar notifikasi tersebut tidak penting. Siklus dopamin-notifikasi ini dapat menciptakan pola perilaku adiktif yang semakin memperburuk konsentrasi dan daya ingat.

Menurut penelitian dari University of California, Irvine, pekerja kantoran rata-rata terganggu oleh gangguan digital (termasuk notifikasi) setiap 11 menit sekali. Setelah gangguan tersebut, dibutuhkan rata-rata 25 menit untuk kembali fokus sepenuhnya pada tugas semula. Bayangkan berapa banyak waktu dan konsentrasi yang hilang hanya karena gangguan notifikasi sepanjang hari kerja.

3. Scroll Media Sosial Tanpa Tujuan: Pusaran Informasi yang Membanjiri Otak

Media sosial menawarkan hiburan dan informasi tanpa batas di ujung jari. Namun, kebiasaan scrolling media sosial tanpa tujuan yang berlebihan dapat menjadi bumerang bagi daya ingat dan konsentrasi. Saat Anda scrolling media sosial, otak dibombardir dengan berbagai macam informasi, mulai dari berita terbaru, gosip selebriti, hingga konten visual yang menarik.

Baca Juga  Sering Menunda Pekerjaan? Bisa Jadi Ini Penyebabnya!

Informasi yang datang bertubi-tubi ini seringkali bersifat dangkal dan tidak terstruktur. Otak dipaksa untuk memproses informasi dalam jumlah besar dengan cepat, tanpa memberikan waktu yang cukup untuk memproses dan menyimpan informasi tersebut dengan baik. Akibatnya, sebagian besar informasi yang masuk hanya lewat begitu saja tanpa tertanam dalam memori jangka panjang.

Selain itu, konten media sosial seringkali dirancang untuk menarik perhatian secara instan, menggunakan visual yang mencolok, judul yang bombastis, dan clickbait. Paparan terus-menerus terhadap konten semacam ini dapat mengubah cara otak kita memproses informasi, membuat kita lebih menyukai informasi yang cepat, dangkal, dan mudah dicerna, serta kurang sabar terhadap informasi yang kompleks dan membutuhkan konsentrasi lebih dalam.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di media sosial, semakin buruk performa dalam tes daya ingat verbal dan daya ingat visual. Peneliti menduga bahwa paparan informasi yang berlebihan dan gangguan perhatian yang terus-menerus akibat media sosial dapat mengganggu proses konsolidasi memori di otak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *