Kesehatan

Tidur Berlebihan Lebih Berbahaya dari Begadang?

×

Tidur Berlebihan Lebih Berbahaya dari Begadang?

Sebarkan artikel ini
Tidur Berlebihan Lebih Berbahaya dari Begadang?
Tidur Berlebihan Lebih Berbahaya dari Begadang? (www.freepik.com)
    data-sourcepos=”36:1-38:0″>
  1. Depresi: Hubungan antara tidur berlebihan dan depresi adalah hubungan dua arah. Tidur berlebihan bisa menjadi gejala depresi, tetapi juga bisa memperburuk kondisi depresi yang sudah ada. Perubahan kimia otak akibat tidur berlebihan dapat memengaruhi suasana hati dan regulasi emosi.
  2. Fungsi Kognitif Menurun: Meskipun tidur penting untuk fungsi kognitif yang optimal, tidur berlebihan justru dapat memberikan efek sebaliknya. Penelitian menunjukkan bahwa tidur berlebihan dapat mengganggu memori, konsentrasi, dan kemampuan problem-solving. Anda mungkin merasa lebih “lemot” dan sulit fokus setelah tidur berlebihan.

Lalu, Bagaimana dengan Kurang Tidur? Bukankah Itu Lebih Berbahaya?

Kurang tidur memang sudah lama dikenal sebagai musuh kesehatan modern. Dampak negatifnya telah didokumentasikan dengan baik, mulai dari penurunan kinerja kognitif, gangguan mood, melemahnya sistem kekebalan tubuh, hingga peningkatan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Kurang tidur juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan kesalahan kerja.

Baca Juga  Menunda Itu Wajar! Ini 10 Cara Jadi Produktif Tanpa Stres

Dibandingkan dengan kurang tidur yang dampaknya sudah sangat jelas dan terasa langsung, bahaya tidur berlebihan mungkin seringkali terabaikan atau dianggap remeh. Banyak orang berpikir bahwa tidur lebih lama selalu lebih baik, tanpa menyadari bahwa ada titik optimal dalam durasi tidur.

Jadi, mana yang lebih berbahaya? Jawabannya tidaklah sesederhana itu. Baik tidur berlebihan maupun kurang tidur sama-sama memiliki risiko kesehatan yang serius. Keduanya adalah ekstrem yang tidak sehat dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh.

Namun, jika kita berbicara tentang bahaya yang mungkin lebih diabaikan atau kurang disadari oleh masyarakat umum, maka tidur berlebihan mungkin memegang “keunggulan”. Kurang tidur sudah menjadi isu yang sering dibahas dan disosialisasikan bahayanya, sementara tidur berlebihan seringkali masih dianggap sebagai sesuatu yang positif atau setidaknya netral.

Mengapa Kita Bisa Tidur Berlebihan?

Sebelum kita membahas cara mengatasi tidur berlebihan, penting untuk memahami mengapa kita bisa terjebak dalam kebiasaan ini. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang tidur berlebihan, diantaranya:

  1. Gaya Hidup: Jadwal tidur yang tidak teratur, bekerja shift malam, atau sering begadang dapat mengacaukan ritme sirkadian tubuh dan menyebabkan tidur berlebihan di hari libur atau saat ada kesempatan.
  2. Kondisi Kesehatan Mental: Depresi, kecemasan, dan gangguan mood lainnya seringkali dikaitkan dengan perubahan pola tidur, termasuk tidur berlebihan. Tidur bisa menjadi mekanisme koping bagi sebagian orang yang mengalami masalah kesehatan mental.
  3. Kondisi Kesehatan Fisik: Beberapa kondisi medis seperti hipotiroidisme, sleep apnea, sindrom kaki gelisah, dan nyeri kronis dapat menyebabkan kelelahan berlebihan dan dorongan untuk tidur berlebihan.
  4. Efek Samping Obat-obatan: Beberapa jenis obat, seperti antihistamin, obat pereda nyeri, dan obat penenang, dapat menyebabkan kantuk dan tidur berlebihan.
  5. Kurang Tidur Kronis (Ironis): Orang yang sering kurang tidur dalam jangka panjang dapat mengalami “hutang tidur” yang besar. Saat ada kesempatan untuk tidur lebih lama, tubuh akan mencoba membayar hutang tidur ini, yang bisa berujung pada tidur berlebihan.
Baca Juga  Sering Bad Mood? Coba Makan Ini!

Menemukan Titik Tengah: Durasi Tidur yang Ideal

Lalu, berapa lama sebenarnya durasi tidur yang ideal? Para ahli sepakat bahwa bagi orang dewasa, durasi tidur yang direkomendasikan adalah sekitar 7-9 jam setiap malam. Rentang ini adalah titik tengah yang оптимаl, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Namun, kebutuhan tidur setiap individu bisa sedikit berbeda, tergantung pada usia, tingkat aktivitas, kondisi kesehatan, dan faktor genetik. Yang terpenting adalah mendengarkan tubuh Anda dan memperhatikan bagaimana Anda merasa setelah tidur. Jika Anda bangun merasa segar, berenergi, dan siap menjalani hari, kemungkinan besar Anda sudah mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *