perisainews.com – Anak tengah, istilah ini mungkin seringkali diasosiasikan dengan posisi yang kurang menguntungkan dalam keluarga. Muncul pertanyaan, benarkah anak tengah sering merasa terabaikan? Dalam psikologi keluarga, fenomena ini memang menjadi perhatian menarik. Mari kita telaah lebih dalam perspektif psikologi keluarga mengenai posisi anak tengah dan perasaan terabaikan yang mungkin timbul.
Mitos atau Realitas? Stigma Anak Tengah yang Terabaikan
Stigma bahwa anak tengah sering terabaikan telah lama beredar di masyarakat. Kita sering mendengar stereotip bahwa anak sulung mendapatkan perhatian lebih karena menjadi anak pertama, sementara anak bungsu dimanja sebagai anggota keluarga termuda. Lalu, bagaimana dengan anak tengah? Apakah mereka benar-benar menjadi “sandwich generation” di keluarga yang kurang mendapatkan curahan kasih sayang dan perhatian?
Untuk memahami ini, kita perlu melihat lebih dalam dinamika keluarga dan urutan kelahiran dari sudut pandang psikologi. Alfred Adler, seorang psikolog Austria, menjadi salah satu tokoh pertama yang meneliti pengaruh urutan kelahiran terhadap perkembangan kepribadian. Teorinya tentang urutan kelahiran (birth order theory) menyatakan bahwa posisi seorang anak dalam keluarga dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia dan mengembangkan karakter.
Faktor-faktor yang Berkontribusi pada Perasaan Terabaikan Anak Tengah
Mengapa anak tengah seringkali diasosiasikan dengan perasaan terabaikan? Beberapa faktor berikut ini mungkin menjadi penyebabnya:
-
Distribusi Perhatian Orang Tua yang Tidak Merata: Secara tidak sadar, orang tua mungkin memberikan porsi perhatian yang berbeda kepada anak-anaknya berdasarkan urutan kelahiran. Anak sulung, sebagai anak pertama, seringkali mendapatkan curahan perhatian penuh di awal kehidupan keluarga. Mereka menjadi “proyek pertama” orang tua dalam hal pengasuhan, sehingga segala pencapaian dan perkembangan mereka sangat diperhatikan. Sementara itu, anak bungsu cenderung mendapatkan perhatian lebih karena status mereka sebagai “bayi keluarga” yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang ekstra. Dalam situasi ini, anak tengah bisa merasa perhatian orang tua “terbagi” atau bahkan “hilang” di antara kakak dan adiknya.
-
Dinamika Persaingan dan Peran Saudara Kandung: Dalam keluarga dengan lebih dari dua anak, dinamika persaingan antar saudara kandung bisa lebih kompleks. Anak sulung cenderung merasa perlu mempertahankan posisinya sebagai “yang pertama” dan seringkali menunjukkan sikap dominan. Anak bungsu, di sisi lain, mungkin belajar untuk mendapatkan perhatian dengan bersikap manja atau lucu. Lalu, di mana posisi anak tengah? Mereka seringkali merasa perlu “berjuang” untuk mendapatkan tempat dan pengakuan dalam keluarga. Mereka mungkin merasa terjebak di antara harapan orang tua terhadap anak sulung yang mandiri dan kelucuan anak bungsu yang dimanja. Persaingan untuk mendapatkan perhatian orang tua dan “tempat” dalam keluarga ini bisa memicu perasaan terabaikan pada anak tengah.
-
Komunikasi dan Persepsi dalam Keluarga: Perasaan terabaikan juga bisa muncul akibat miskomunikasi atau persepsi yang salah dalam keluarga. Anak tengah yang cenderung lebih mandiri dan tidak banyak menuntut mungkin dianggap “sudah bisa mengurus diri sendiri” oleh orang tua. Padahal, kemandirian ini bisa jadi merupakan bentuk adaptasi anak tengah untuk tidak terlalu merepotkan orang tua yang dianggap sudah sibuk dengan kakak atau adiknya. Jika anak tengah tidak pandai mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, mereka bisa semakin terperangkap dalam perasaan terabaikan. Persepsi bahwa mereka “tidak butuh perhatian” atau “sudah besar” bisa semakin memperburuk keadaan.
Sisi Positif Menjadi Anak Tengah: Kekuatan Tersembunyi yang Jarang Disadari
Meskipun ada stigma negatif terkait posisi anak tengah, penting untuk diingat bahwa setiap posisi kelahiran memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Anak tengah, justru karena “terjepit” di antara kakak dan adik, seringkali mengembangkan kekuatan dan kemampuan yang luar biasa. Beberapa sisi positif menjadi anak tengah yang jarang disadari antara lain: