-
Inatensi (Kurang Perhatian):
- Sulit mengatur tugas dan memprioritaskan pekerjaan.
- Sering menunda-nunda pekerjaan.
- Pelupa dan sering kehilangan barang.
- Sulit fokus saat membaca atau mendengarkan.
- Mudah bosan dan mencari stimulasi baru.
- Sering berganti-ganti pekerjaan atau minat.
- Kesulitan dalam manajemen waktu.
-
Impulsivitas:
- Sering mengambil keputusan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.
- Kesulitan mengontrol emosi, mudah marah atau frustrasi.
- Sering memotong pembicaraan orang lain.
- Kesulitan menunggu giliran.
- Perilaku berisiko seperti mengemudi ugal-ugalan atau belanja kompulsif.
- Kesulitan dalam hubungan interpersonal karena impulsivitas.
-
Hiperaktivitas (Internal atau Eksternal):
- Merasa gelisah atau tidak tenang secara internal.
- Sulit untuk bersantai atau menikmati waktu luang.
- Sering merasa “kehabisan tenaga” atau burnout karena berusaha keras untuk fokus dan terorganisir.
- Pada beberapa orang dewasa, hiperaktivitas fisik mungkin masih terlihat, namun seringkali lebih termanifestasi sebagai kegelisahan internal.
Gejala ADHD pada orang dewasa seringkali memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, hubungan sosial, hingga keuangan. Banyak orang dewasa dengan ADHD merasa tidak maksimal dalam hidup mereka, meskipun mereka memiliki potensi yang besar.
Bagaimana Cara Melakukan Tes ADHD Sendiri di Rumah? Langkah-Langkah Praktis
Jika Anda atau anak Anda menunjukkan beberapa gejala ADHD, melakukan tes ADHD sendiri di rumah bisa menjadi langkah awal yang bijak. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
-
Cari Checklist atau Kuesioner ADHD yang Terpercaya:
- Internet adalah sumber informasi yang kaya. Cari checklist atau kuesioner ADHD yang banyak digunakan dan diakui oleh profesional kesehatan mental. Beberapa contoh yang populer adalah Adult ADHD Self-Report Scale (ASRS) untuk dewasa, dan Vanderbilt ADHD Diagnostic Rating Scale untuk anak-anak.
- Pastikan sumber checklist atau kuesioner tersebut kredibel, misalnya dari organisasi kesehatan mental terkemuka atau situs web profesional di bidang psikologi atau psikiatri.
- Hindari checklist atau kuesioner yang terlihat terlalu sederhana atau tidak memiliki dasar ilmiah yang jelas.
-
Isi Checklist atau Kuesioner dengan Jujur dan Objektif:
- Saat mengisi checklist atau kuesioner, usahakan untuk menjawab pertanyaan dengan jujur dan objektif. Jangan mencoba untuk “memanipulasi” hasil tes agar sesuai dengan harapan Anda.
- Jika Anda mengisi untuk anak Anda, cobalah untuk mengamati perilaku anak Anda dalam beberapa minggu atau bulan terakhir. Jangan hanya mengandalkan ingatan jangka pendek.
- Baca setiap pertanyaan dengan seksama dan jawab sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
-
Interpretasi Hasil Tes dengan Bijak:
- Sebagian besar checklist atau kuesioner ADHD akan memberikan skor atau kategori hasil, misalnya “kemungkinan ADHD rendah”, “kemungkinan ADHD sedang”, atau “kemungkinan ADHD tinggi”.
- Ingat, hasil tes mandiri bukanlah diagnosis final. Hasil tes hanya memberikan indikasi awal tentang kemungkinan adanya gejala ADHD.
- Jangan langsung panik atau merasa terdiagnosis ADHD hanya berdasarkan hasil tes mandiri.
- Sebaliknya, jangan juga mengabaikan hasil tes yang menunjukkan kemungkinan ADHD sedang atau tinggi.
-
Konsultasikan Hasil Tes dengan Profesional Kesehatan Mental:
- Langkah terpenting setelah melakukan tes ADHD sendiri di rumah adalah mengkonsultasikan hasilnya dengan psikolog, psikiater, atau dokter spesialis anak (untuk anak-anak).
- Profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi yang lebih komprehensif, termasuk wawancara klinis, observasi perilaku, dan mungkin tes psikologis tambahan untuk menegakkan diagnosis ADHD secara akurat.
- Diagnosis ADHD tidak bisa ditegakkan hanya berdasarkan checklist atau kuesioner mandiri. Diperlukan penilaian profesional untuk membedakan ADHD dari kondisi lain yang memiliki gejala serupa, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan belajar.
Setelah Tes ADHD Sendiri di Rumah: Langkah Selanjutnya yang Perlu Dipertimbangkan
Hasil tes ADHD sendiri di rumah hanyalah permulaan. Jika hasil tes menunjukkan adanya indikasi ADHD, atau jika Anda masih merasa ragu dan khawatir, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Konsultasi dengan Psikolog atau Psikiater: Ini adalah langkah krusial untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rencana penanganan yang tepat. Psikolog atau psikiater akan melakukan evaluasi menyeluruh dan memberikan rekomendasi terapi yang sesuai.
Terapi Perilaku: Terapi perilaku, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau Dialectical Behavior Therapy (DBT), sangat efektif untuk membantu individu dengan ADHD mengelola gejala mereka. Terapi ini membantu mengembangkan strategi untuk meningkatkan fokus, mengurangi impulsivitas, dan meningkatkan keterampilan organisasi.
Pengobatan: Pada beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan dengan stimulan atau non-stimulan untuk membantu mengelola gejala ADHD. Pengobatan biasanya dikombinasikan dengan terapi perilaku untuk hasil yang optimal. Penting untuk mendiskusikan manfaat dan risiko pengobatan dengan dokter Anda.
Dukungan Keluarga dan Lingkungan: Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat penting bagi individu dengan ADHD. Edukasi tentang ADHD kepada orang-orang terdekat dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan pengertian.