perisainews.com – Pernahkah kamu merasa hubunganmu seperti rollercoaster? Awalnya penuh cinta dan gairah, lalu tiba-tiba bertengkar hebat hingga putus, namun tak lama kemudian balikan lagi? Jika ya, kamu mungkin sedang terjebak dalam siklus toxic relationship, khususnya pola pacaran putus nyambung yang melelahkan. Kondisi ini sering disebut sebagai relationship cycling atau on-again, off-again relationship, dan tanpa disadari bisa menggerogoti kesehatan mental serta emosionalmu.
Apa Sebenarnya Pacaran Putus Nyambung Itu?
Secara sederhana, pacaran putus nyambung adalah pola hubungan asmara yang ditandai dengan perpisahan dan kembali bersama secara berulang. Siklus ini bisa terjadi beberapa kali dalam satu hubungan, bahkan dalam waktu yang singkat. Awalnya, mungkin terasa seperti drama romantis di film-film, namun percayalah, dalam jangka panjang, pola ini lebih banyak membawa kerugian daripada kebahagiaan.
Mengapa Pacaran Putus Nyambung Bisa Terjadi?
Ada berbagai faktor yang menyebabkan pasangan terjebak dalam siklus ini. Beberapa di antaranya adalah:
- Masalah Komunikasi yang Tidak Tuntas: Pertengkaran sering terjadi karena masalah komunikasi yang buruk. Ketika putus, masalah ini tidak benar-benar diselesaikan, hanya dipendam. Saat balikan, masalah yang sama kembali muncul dan siklus terulang.
- Ketergantungan Emosional yang Tinggi: Salah satu atau kedua pasangan mungkin memiliki tingkat ketergantungan emosional yang tinggi. Mereka merasa tidak bisa hidup tanpa pasangannya, meskipun hubungan tersebut tidak sehat. Rasa takut kehilangan ini membuat mereka kembali bersama meski tahu akan kembali terluka.
- Pola Perilaku yang Belum Berubah: Jika penyebab putusnya hubungan adalah perilaku toxic salah satu pihak (misalnya, cemburu berlebihan, posesif, atau manipulatif), dan perilaku ini tidak berubah saat balikan, maka siklus putus nyambung akan terus berlanjut.
- Kenangan Indah di Awal Hubungan: Mengingat kembali masa-masa indah di awal hubungan sering menjadi alasan untuk balikan. Kenangan ini menutupi realita hubungan yang toxic, membuat pasangan berharap segalanya akan kembali seperti dulu. Padahal, seringkali itu hanya ilusi.
- Lingkungan Sosial yang Mendukung (atau Tidak Mendukung): Tekanan dari teman atau keluarga yang berharap hubungan langgeng, atau sebaliknya, lingkungan yang justru memicu konflik, juga bisa mempengaruhi siklus putus nyambung.
- Ketidakjelasan Batasan dalam Hubungan: Jika batasan dalam hubungan tidak jelas sejak awal, misalnya tentang ekspektasi, komitmen, atau batasan pribadi, maka potensi konflik dan putus nyambung akan lebih besar.
Tanda-Tanda Kamu Terjebak dalam Siklus Pacaran Putus Nyambung yang Toxic
Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah kamu terjebak dalam siklus pacaran putus nyambung yang toxic? Perhatikan tanda-tanda berikut ini:
1. Putus dan Balikan Menjadi Rutinitas
Coba ingat-ingat, berapa kali kamu dan pasangan putus dan balikan dalam setahun terakhir? Jika jawabannya lebih dari dua atau tiga kali, bahkan lebih sering, ini adalah lampu merah. Putus dan balikan seharusnya menjadi pengecualian, bukan pola yang berulang. Ketika putus nyambung sudah menjadi rutinitas, artinya ada masalah mendasar yang tidak terselesaikan dalam hubunganmu. Kamu dan pasangan seperti bermain drama tanpa akhir, menguras energi dan emosi.
2. Alasan Putus dan Balikan Tidak Pernah Jelas atau Sepele
Perhatikan alasan di balik setiap putus dan balikan. Apakah alasan putus selalu sama, atau bahkan terkesan sepele? Misalnya, putus karena salah paham kecil, cemburu yang tidak beralasan, atau bahkan hanya karena suasana hati yang sedang buruk. Kemudian, balikan juga seringkali tanpa alasan yang kuat, hanya karena merasa sepi, kasihan, atau terbawa perasaan sesaat. Alasan putus dan balikan yang tidak jelas atau sepele menunjukkan bahwa hubunganmu tidak memiliki fondasi yang kuat dan stabil. Kalian lebih reaktif terhadap emosi sesaat daripada menyelesaikan masalah secara dewasa.