KarirPengembangan Diri

Bukan Sekadar Gaji! Ini 7 Alasan Psikologis Mengapa Karyawan Memilih Resign

×

Bukan Sekadar Gaji! Ini 7 Alasan Psikologis Mengapa Karyawan Memilih Resign

Sebarkan artikel ini
Bukan Sekadar Gaji! Ini 7 Alasan Psikologis Mengapa Karyawan Memilih Resign
Bukan Sekadar Gaji! Ini 7 Alasan Psikologis Mengapa Karyawan Memilih Resign (www.freepik.com)

perisainews.com – Di era yang serba cepat ini, fenomena resign atau pengunduran diri dari pekerjaan menjadi semakin umum. Banyak orang mengira bahwa alasan utama seseorang resign selalu berkutat pada gaji yang kurang memadai. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks dari itu. Ada berbagai faktor psikologis yang diam-diam memainkan peran penting, bahkan menjadi pendorong utama di balik keputusan besar ini. Memahami faktor psikologis resign adalah kunci untuk mengenali akar permasalahan dan menemukan solusi yang tepat, baik bagi individu maupun perusahaan.

Mengapa seseorang yang terlihat mapan dan memiliki pekerjaan stabil tiba-tiba memilih untuk resign? Jawabannya mungkin tidak selalu tertera dalam slip gaji. Mari kita telusuri 7 faktor psikologis yang seringkali menjadi alasan tersembunyi di balik keputusan resign, yang mungkin saja sedang Anda alami atau rasakan saat ini:

1. Burnout: Ketika Api Semangat Mulai Padam

Burnout atau kelelahan mental dan fisik akibat stres kerja kronis adalah salah satu faktor psikologis paling signifikan yang mendorong seseorang untuk resign. Bayangkan diri Anda sebagai mesin yang terus dipaksa bekerja tanpa henti. Awalnya, mungkin Anda merasa bersemangat dan termotivasi, namun lama kelamaan, energi Anda akan terkuras habis. Burnout bukan sekadar merasa lelah biasa, tetapi sebuah kondisi di mana Anda merasa kosong, sinis terhadap pekerjaan, dan kehilangan rasa pencapaian.

Baca Juga  Ingin Lolos Wawancara Kerja? Hindari 7 Kesalahan Fatal Ini!

Data dari studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 50% pekerja di Indonesia mengalami gejala burnout. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti beban kerja berlebihan, tenggat waktu yang ketat, kurangnya dukungan dari atasan dan rekan kerja, serta ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ketika burnout mencapai puncaknya, resign seringkali menjadi jalan keluar yang dianggap paling masuk akal untuk menyelamatkan kesehatan mental dan fisik.

2. Lingkungan Kerja Toksik: Udara yang Tak Lagi Segar

Lingkungan kerja yang tidak sehat atau toxic adalah faktor psikologis berikutnya yang sangat kuat mendorong karyawan untuk resign. Lingkungan kerja toxic bisa berupa berbagai hal, mulai dari budaya perusahaan yang kompetitif tidak sehat, bullying atau perundungan di tempat kerja, diskriminasi, micromanagement yang berlebihan, hingga kurangnya komunikasi yang efektif.

Baca Juga  Distorsi Realita, Ketika Persepsi Menipu Kita

Bayangkan Anda setiap hari harus bekerja di lingkungan yang penuh tekanan, kritik negatif, dan minim apresiasi. Setiap interaksi dengan rekan kerja atau atasan justru membuat Anda merasa tertekan dan tidak dihargai. Dalam jangka panjang, lingkungan kerja toxic tidak hanya menurunkan produktivitas dan motivasi kerja, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan mental, seperti meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Sebuah survei global menemukan bahwa karyawan yang bekerja di lingkungan toxic memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk resign dibandingkan mereka yang bekerja di lingkungan yang positif.

3. Kehilangan Makna: Pekerjaan Tanpa Jiwa

Setiap orang memiliki kebutuhan psikologis untuk merasa bahwa apa yang mereka lakukan memiliki makna dan tujuan yang lebih besar dari sekadar mendapatkan gaji. Ketika pekerjaan yang dijalani terasa tidak relevan dengan nilai-nilai pribadi, tidak memberikan kontribusi positif, atau tidak selaras dengan passion dan minat, maka lama kelamaan akan muncul perasaan hampa dan kehilangan makna.

Baca Juga  Cowok Pemalu Wajib Tahu! Cara Ampuh PDKT Tanpa Takut Ditolak

Mungkin awalnya Anda merasa pekerjaan ini menarik dan menantang, namun seiring berjalannya waktu, Anda mulai bertanya-tanya: “Untuk apa saya melakukan ini semua?”. Perasaan kehilangan makna ini bisa sangat memotivasi seseorang untuk mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan values dan memberikan rasa purpose. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang merasa pekerjaannya bermakna memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dan lebih kecil kemungkinannya untuk resign.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *