- Saat istri menangis karena merasa sedih, suami berkata, “Sudah lah, jangan cengeng, kamu terlalu sensitif.”
- Ketika istri marah karena merasa dikecewakan, suami justru balik marah dan berkata, “Kamu selalu melebih-lebihkan masalah.”
Solusinya:
- Belajar mengenali dan memahami emosi istri: Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosi. Pelajari bahasa cinta istri Anda dan bagaimana ia menunjukkan emosinya.
- Bersikap empati: Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang istri Anda. Bayangkan bagaimana rasanya menjadi dirinya dan merasakan apa yang ia rasakan.
- Tunjukkan dukungan emosional: Beri dukungan dan kenyamanan saat istri Anda sedang emosional. Peluk dia, dengarkan keluh kesahnya, dan katakan bahwa Anda ada untuknya.
3. Tidak Bertanggung Jawab dalam Keuangan: “Itu kan uangku…”
Masalah keuangan adalah salah satu penyebab utama pertengkaran dalam pernikahan. Ketika suami tidak bertanggung jawab dalam mengelola keuangan keluarga, atau menganggap bahwa uang yang dihasilkan adalah “uangnya sendiri” dan bukan uang keluarga, ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan dan konflik yang berkepanjangan.
Mengapa ini berbahaya?
- Ketidakadilan dan ketidakseimbangan: Istri akan merasa bahwa pernikahan ini tidak adil dan tidak seimbang jika suami tidak mau berbagi tanggung jawab dalam hal keuangan.
- Ketidakpercayaan: Keterbukaan dan kejujuran dalam hal keuangan adalah fondasi kepercayaan dalam pernikahan. Ketidakbertanggungjawaban dalam keuangan bisa menghancurkan kepercayaan ini.
- Stres dan tekanan finansial: Jika suami tidak bertanggung jawab, beban keuangan keluarga akan sepenuhnya ditanggung oleh istri. Ini bisa menimbulkan stres dan tekanan finansial yang besar bagi istri.
Contoh kecilnya:
- Suami menghabiskan banyak uang untuk hobinya tanpa berkonsultasi atau memberitahu istri.
- Suami tidak mau terbuka tentang penghasilan dan pengeluarannya kepada istri.
- Suami tidak mau ikut berkontribusi dalam membayar tagihan rumah tangga atau kebutuhan anak.
Solusinya:
- Bicarakan keuangan secara terbuka dan jujur: Diskusikan tujuan keuangan keluarga, anggaran bulanan, dan bagaimana cara mengelola keuangan bersama.
- Buat anggaran keluarga bersama: Libatkan istri dalam membuat anggaran keluarga. Tentukan prioritas pengeluaran dan bagaimana cara mencapai tujuan keuangan bersama.
- Transparansi dalam keuangan: Bersikap terbuka dan jujur tentang penghasilan dan pengeluaran masing-masing. Jangan ada yang disembunyikan atau ditutup-tutupi.
4. Menganggap Remeh Pasangan: “Kamu kan memang sudah seharusnya…”
Dalam pernikahan, penting untuk saling menghargai dan mengapresiasi. Ketika suami mulai menganggap remeh istri, atau menganggap bahwa semua yang dilakukan istri adalah “sudah seharusnya” dan tidak perlu diapresiasi, ini bisa membuat istri merasa tidak dihargai dan tidak dicintai.
Mengapa ini berbahaya?
- Istri merasa tidak dihargai dan tidak diapresiasi: Setiap orang butuh merasa dihargai dan diapresiasi, terutama oleh pasangannya. Ketika istri merasa tidak dihargai, ia akan merasa bahwa pernikahannya tidak bermakna.
- Kehilangan motivasi: Ketika semua yang dilakukan istri dianggap biasa saja dan tidak ada apresiasi, ia akan kehilangan motivasi untuk melakukan hal-hal baik untuk pernikahan.
- Menumbuhkan rasa resentmen: Perasaan tidak dihargai yang terus menerus bisa menumbuhkan rasa resentmen atau kejengkelan dalam diri istri terhadap suami.
Contoh kecilnya:
- Suami tidak pernah mengucapkan terima kasih saat istri menyiapkan makanan atau melakukan pekerjaan rumah tangga.
- Suami tidak pernah memuji penampilan atau usaha istri dalam menjaga diri.
- Suami menganggap bahwa semua yang dilakukan istri adalah “tugas istri” dan tidak perlu diapresiasi.
Solusinya: