1. Kenali Pemicu Belanja Impulsif Anda
Langkah pertama adalah introspeksi. Coba ingat-ingat, kapan dan mengapa Anda sering tergoda untuk belanja online? Apakah saat sedang bosan, stres, sedih, atau justru saat sedang senang? Apakah ada e-commerce atau brand tertentu yang paling sering membuat Anda “khilaf”? Dengan mengenali pemicu, Anda bisa lebih waspada dan mengambil langkah antisipasi.
2. Terapkan “Jeda 24 Jam”
Ini adalah aturan sederhana namun ampuh. Setiap kali Anda tergoda untuk membeli sesuatu secara online (terutama barang yang tidak terlalu penting), jangan langsung checkout. Tunggu 24 jam. Jika setelah 24 jam Anda masih menginginkannya, dan memang ada budget-nya, silakan beli. Tapi, sering kali, keinginan itu akan hilang dengan sendirinya.
3. Buat Daftar Belanja (dan Patuhi!)
Sebelum membuka aplikasi e-commerce, buatlah daftar barang yang memang Anda butuhkan. Ini akan membantu Anda tetap fokus dan menghindari pembelian impulsif. Saat berbelanja, usahakan untuk tidak tergoda melihat-lihat barang lain di luar daftar.
4. Batasi Paparan Iklan dan Notifikasi
Unsubscribe dari email marketing yang terlalu sering mengirimkan penawaran. Matikan notifikasi dari aplikasi e-commerce. Batasi waktu bermain media sosial, karena di sanalah banyak iklan terselubung yang bisa memicu keinginan belanja.
5. Cari Alternatif Pengganti
Alih-alih langsung belanja online saat merasa bosan atau stres, cari kegiatan lain yang lebih positif. Misalnya, olahraga, membaca buku, menonton film, berkebun, atau sekadar ngobrol dengan teman.
6. Gunakan Aplikasi Pengatur Keuangan
Ada banyak aplikasi yang bisa membantu Anda mencatat pengeluaran, membuat anggaran, dan memantau kesehatan finansial. Dengan memiliki gambaran yang jelas tentang keuangan Anda, Anda akan lebih mudah mengendalikan pengeluaran.
7. Terapkan Metode Pembayaran yang Tepat
data-sourcepos=”60:1-60:252″>Jika Anda sering tergoda menggunakan kartu kredit atau paylater, pertimbangkan untuk beralih ke metode pembayaran tunai atau debit. Dengan cara ini, Anda akan lebih merasakan “sakitnya” mengeluarkan uang, sehingga lebih berhati-hati dalam berbelanja.
8. Ingat Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Tanyakan pada diri sendiri, apakah pembelian ini akan membantu Anda mencapai tujuan keuangan jangka panjang, seperti membeli rumah, dana pensiun, atau investasi? Jika tidak, mungkin lebih baik menunda atau membatalkan pembelian.
9. Jangan Terpaku pada Diskon
Diskon memang menggiurkan, tapi jangan biarkan diskon menjadi alasan utama Anda membeli sesuatu. Tanyakan pada diri sendiri, apakah Anda akan tetap membeli barang itu jika tidak ada diskon?
10. Praktikkan Gratitude
Alih-alih fokus pada apa yang tidak Anda miliki, cobalah untuk lebih bersyukur atas apa yang sudah Anda miliki. Ini akan membantu mengurangi keinginan untuk terus-menerus membeli barang baru.
11. Decluttering Secara Berkala
Lakukan decluttering atau bersih-bersih barang secara berkala. Ini akan membantu Anda menyadari seberapa banyak barang yang sudah Anda miliki (dan mungkin tidak terpakai). Proses ini juga bisa menjadi terapi untuk mengurangi keinginan belanja berlebihan.
12. Cari Support System
Jika Anda merasa kesulitan mengendalikan kebiasaan belanja online, jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan profesional (seperti konselor keuangan).
Statistik dan Data Pendukung
Untuk memperkuat argumen tentang pentingnya mindful spending, berikut beberapa data dan statistik yang relevan:
- Menurut survei dari Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun 2023, 89,6% pengguna internet Indonesia pernah berbelanja online.
- Survei yang sama juga menemukan bahwa 42,4% responden mengaku pernah membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan saat belanja online.
- Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa nilai transaksi e-commerce di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2023, nilai transaksi e-commerce mencapai Rp453,75 triliun, naik 12,86% dibandingkan tahun sebelumnya.
Data-data ini menunjukkan bahwa belanja online memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain, data ini juga mengindikasikan adanya potensi masalah terkait perilaku belanja impulsif dan konsumerisme yang berlebihan.