EkonomiKeuangan

Deflasi vs Inflasi: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Berbahaya?

×

Deflasi vs Inflasi: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Berbahaya?

Sebarkan artikel ini
Deflasi vs Inflasi: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Berbahaya?
Deflasi vs Inflasi: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Berbahaya? (www.freepik.com)

perisainews.com – Pernahkah kamu merasa harga-harga kebutuhan pokok terus merangkak naik dan membuat dompet semakin tipis? Atau justru sebaliknya, kamu melihat harga barang-barang turun drastis, namun ekonomi malah terasa lesu? Nah, fenomena ekonomi yang berlawanan ini dikenal sebagai inflasi dan deflasi. Tapi, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara deflasi vs inflasi, dan mana yang sebenarnya lebih berbahaya bagi perekonomian kita? Mari kita bahas tuntas agar kamu lebih paham!

Inflasi: Ketika Harga-Harga Terus Merangkak Naik

Inflasi adalah kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum terus meningkat dalam periode waktu tertentu. Singkatnya, uang dengan nilai yang sama, lama kelamaan hanya bisa membeli barang atau jasa yang lebih sedikit. Akibatnya, daya beli masyarakat pun menurun. Mudahnya begini, jika dulu dengan Rp100.000 kamu bisa mendapatkan satu keranjang penuh belanjaan, dengan inflasi, uang yang sama mungkin hanya cukup untuk setengah keranjang atau bahkan kurang.

Penyebab Terjadinya Inflasi:

Ada beberapa faktor utama yang bisa memicu terjadinya inflasi, diantaranya:

  • Demand-pull inflation (Tarikan Permintaan): Inflasi jenis ini terjadi ketika permintaan (demand) terhadap barang dan jasa dalam perekonomian meningkat secara signifikan, sementara penawaran (supply) tidak mampu mengimbanginya. Ibaratnya, saat semua orang ingin membeli produk yang sama dalam jumlah banyak, namun stok barang terbatas, maka harga akan otomatis naik. Peningkatan permintaan ini bisa dipicu oleh banyak faktor, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, kebijakan pemerintah yang ekspansif (misalnya, peningkatan belanja negara), atau ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik di masa depan.
  • Cost-push inflation (Dorongan Biaya): Inflasi jenis ini terjadi akibat kenaikan biaya produksi barang dan jasa. Ketika biaya produksi meningkat, produsen akan cenderung menaikkan harga jual produknya untuk menjaga margin keuntungan. Kenaikan biaya produksi ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya kenaikan harga bahan baku, upah tenaga kerja, atau biaya energi. Contohnya, jika harga minyak dunia naik, maka biaya transportasi dan produksi berbagai barang akan ikut naik, dan pada akhirnya, harga jual ke konsumen pun akan meningkat.
  • Built-in inflation (Inflasi Ekspektasi): Jenis inflasi ini lebih bersifat psikologis dan terkait dengan ekspektasi masyarakat. Ketika masyarakat dan pelaku ekonomi memperkirakan inflasi akan terus terjadi di masa depan, mereka akan cenderung menyesuaikan perilaku mereka yang justru semakin mendorong inflasi. Misalnya, pekerja akan meminta kenaikan upah untuk mengantisipasi kenaikan harga di masa depan, dan produsen akan menaikkan harga jual produknya untuk mengantisipasi kenaikan biaya produksi di masa depan. Siklus ekspektasi ini bisa menjadi lingkaran setan yang sulit dihentikan.
Baca Juga  Krisis Dunia Deflasi, Ketika Harga-Harga Turun, Ekonomi Justru Merana

Dampak Inflasi bagi Perekonomian:

Inflasi bisa memberikan dampak yang beragam bagi perekonomian, baik dampak positif maupun negatif, tergantung pada tingkat dan jenis inflasinya.

Dampak Positif Inflasi (dalam batas wajar):

  • Mendorong Pertumbuhan Ekonomi: Inflasi yang moderat (terkendali) sering dianggap sebagai “pelumas” bagi perekonomian. Inflasi yang sedikit tinggi dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi dan investasi, karena mereka melihat adanya potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan. Hal ini pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
  • Meningkatkan Pendapatan Nominal: Inflasi akan menyebabkan pendapatan nominal (pendapatan dalam nilai uang) masyarakat meningkat. Meskipun daya beli riil (daya beli yang disesuaikan dengan inflasi) mungkin tidak meningkat secara signifikan, namun peningkatan pendapatan nominal bisa memberikan rasa “kaya” atau optimisme bagi masyarakat.
Baca Juga  Status Sosial Bukan Hanya Soal Uang! Ini 18 Kebiasaan yang Menentukannya

Dampak Negatif Inflasi (terutama inflasi tinggi):

  • Menurunkan Daya Beli: Dampak paling nyata dari inflasi adalah penurunan daya beli masyarakat. Dengan inflasi, uang yang sama hanya bisa membeli barang atau jasa yang lebih sedikit, sehingga standar hidup masyarakat bisa menurun, terutama bagi masyarakat berpenghasilan tetap atau rendah.
  • Ketidakpastian Ekonomi: Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi. Perusahaan menjadi sulit untuk membuat perencanaan bisnis jangka panjang, karena sulit untuk memprediksi biaya produksi dan harga jual di masa depan. Konsumen juga menjadi ragu untuk melakukan investasi atau menabung, karena nilai uang mereka terus tergerus inflasi. Ketidakpastian ini dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
  • Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata: Inflasi cenderung lebih merugikan kelompok masyarakat berpenghasilan tetap atau rendah, karena pendapatan mereka tidak selalu bisa mengejar laju inflasi. Sementara itu, kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi atau pemilik aset (seperti properti atau saham) justru bisa diuntungkan oleh inflasi, karena nilai aset mereka cenderung meningkat seiring dengan inflasi. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan pendapatan dan sosial.
  • Hiperinflasi: Dalam kasus yang ekstrem, inflasi bisa berubah menjadi hiperinflasi, yaitu inflasi yang sangat tinggi dan tidak terkendali (misalnya, inflasi di atas 50% per bulan). Hiperinflasi dapat melumpuhkan perekonomian, menghancurkan nilai mata uang, dan menyebabkan kekacauan sosial dan politik. Contoh hiperinflasi yang pernah terjadi adalah di Zimbabwe pada akhir tahun 2000-an atau di Venezuela dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga  Takut Ribut Soal Uang? Ini Cara Bijak Menyatukan Keuangan Pasangan

Deflasi: Ketika Harga-Harga Justru Berjatuhan

data-sourcepos=”37:1-37:467″>Jika inflasi adalah kenaikan harga, maka deflasi adalah kebalikannya, yaitu kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum terus menurun dalam periode waktu tertentu. Dalam kondisi deflasi, uang dengan nilai yang sama justru bisa membeli barang atau jasa yang lebih banyak. Sekilas, deflasi mungkin terdengar bagus karena harga-harga menjadi lebih murah. Namun, deflasi justru sering dianggap lebih berbahaya daripada inflasi dalam jangka panjang. Mengapa demikian?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *