- data-sourcepos=”51:1-84:0″>
-
Penurunan Konsumsi dan Investasi
Salah satu dampak utama deflasi adalah penurunan konsumsi dan investasi. Ketika masyarakat dan pelaku bisnis memperkirakan harga-harga akan terus turun di masa depan, mereka cenderung menunda belanja dan investasi. Konsumen akan menunda pembelian barang-barang tahan lama seperti mobil atau peralatan rumah tangga, karena berharap harganya akan lebih murah di kemudian hari.
Begitu juga dengan perusahaan, mereka akan menunda investasi dalam proyek-proyek baru atau ekspansi bisnis, karena khawatir keuntungan mereka akan tergerus oleh penurunan harga. Penurunan konsumsi dan investasi ini akan semakin memperlemah permintaan agregat dan memperburuk kondisi deflasi.
-
Peningkatan Beban Utang Riil
Deflasi juga bisa meningkatkan beban utang riil (real debt burden) bagi para peminjam. Beban utang riil adalah nilai utang yang disesuaikan dengan tingkat harga. Ketika terjadi deflasi, nilai uang riil meningkat, sehingga nilai riil utang juga ikut meningkat.
Misalnya, jika seseorang memiliki utang sebesar Rp 100 juta dengan bunga tetap, dan terjadi deflasi sebesar 2% per tahun, maka beban utang riil orang tersebut akan meningkat setiap tahunnya. Hal ini bisa memberatkan para peminjam, baik individu maupun perusahaan, dan meningkatkan risiko gagal bayar utang.
-
Penurunan Upah dan Potensi PHK
Dalam kondisi deflasi, perusahaan juga akan menghadapi tekanan untuk menurunkan harga jual produk mereka. Untuk mempertahankan keuntungan, perusahaan mungkin terpaksa melakukan efisiensi dengan cara memotong biaya produksi, termasuk biaya tenaga kerja. Hal ini bisa berujung pada penurunan upah pekerja atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Penurunan upah dan meningkatnya pengangguran tentu akan semakin memperburuk kondisi ekonomi. Daya beli masyarakat akan semakin menurun, dan permintaan agregat akan semakin tertekan, sehingga lingkaran deflasi semakin sulit untuk diputus.
-
Risiko Deflasi Berkelanjutan (Deflationary Spiral)
Salah satu kekhawatiran terbesar terkait deflasi adalah risiko terjadinya deflationary spiral atau spiral deflasi. Spiral deflasi adalah situasi di mana deflasi menyebabkan penurunan ekonomi yang semakin parah, yang pada gilirannya semakin memperburuk deflasi.
Prosesnya dimulai ketika deflasi menyebabkan penurunan konsumsi dan investasi. Penurunan ini memperlemah permintaan agregat dan membuat harga-harga semakin turun. Penurunan harga lebih lanjut membuat masyarakat semakin menunda belanja, perusahaan semakin mengurangi investasi, dan ekonomi semakin terpuruk. Lingkaran setan ini bisa terus berlanjut dan membawa perekonomian ke dalam resesi yang dalam dan berkepanjangan.
-
Distorsi Alokasi Sumber Daya
Deflasi juga bisa menyebabkan distorsi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Dalam kondisi deflasi, harga relatif antar barang dan jasa bisa berubah secara signifikan. Beberapa sektor ekonomi mungkin mengalami penurunan harga yang lebih tajam dibandingkan sektor lainnya.
Hal ini bisa menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Investasi dan tenaga kerja mungkin akan lebih banyak dialokasikan ke sektor-sektor yang mengalami penurunan harga yang lebih kecil, sementara sektor-sektor yang mengalami penurunan harga yang lebih besar justru kekurangan sumber daya. Distorsi alokasi sumber daya ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Perbedaan Deflasi dengan Inflasi Rendah (Disinflasi)
Penting untuk membedakan deflasi dengan inflasi rendah atau disinflasi. Disinflasi adalah kondisi di mana tingkat inflasi menurun, tetapi masih tetap positif. Artinya, harga-harga masih terus naik, tetapi kenaikannya semakin lambat. Sedangkan deflasi adalah kondisi di mana tingkat inflasi sudah negatif, atau harga-harga secara umum justru menurun.
Disinflasi umumnya dianggap sebagai kondisi yang lebih sehat dibandingkan deflasi. Bank sentral seringkali berusaha untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah dan stabil, yaitu di sekitar target inflasi yang ditetapkan. Namun, bank sentral juga harus waspada terhadap risiko terjerumus ke dalam deflasi, karena dampak negatifnya bisa lebih besar dibandingkan inflasi yang moderat.