Sosial

Sejarah Kelam Vandalisme, Dari Suku Vandal hingga Era Cybercrime

×

Sejarah Kelam Vandalisme, Dari Suku Vandal hingga Era Cybercrime

Sebarkan artikel ini
Sejarah Kelam Vandalisme, Dari Suku Vandal hingga Era Cybercrime
Sejarah Kelam Vandalisme, Dari Suku Vandal hingga Era Cybercrime (www.freepik.com)

perisainews.com – Siapa sangka, fenomena vandalisme, yang sering kita lihat dalam bentuk coretan di tembok atau kerusakan fasilitas umum, ternyata memiliki sejarah panjang dan terus berevolusi seiring zaman. Dari aksi sederhana merusak patung di masa lalu hingga vandalisme digital di era modern, jejak-jejaknya membentang luas dalam sejarah peradaban manusia. Mari kita telusuri lebih dalam evolusi perilaku ini dari masa lampau hingga kini.

Asal Mula Istilah “Vandalisme” dan Akar Sejarahnya

Istilah “vandalisme” sendiri sebenarnya relatif baru, muncul pertama kali pada era French Revolution atau Revolusi Prancis. Tepatnya, istilah ini dipopulerkan oleh Henri Grégoire, seorang tokoh revolusioner, pada tahun 1794. Grégoire menggunakan istilah ini untuk menggambarkan tindakan perusakan karya seni dan artefak budaya selama revolusi tersebut. Namun, tahukah Anda mengapa istilah ini justru mengambil nama dari suku Vandal?

Ternyata, Grégoire terinspirasi dari suku Vandal, sebuah suku bangsa Jermanik Timur yang terkenal dalam sejarah Eropa Kuno. Pada abad ke-5 Masehi, suku Vandal melakukan penyerbuan dan penjarahan kota Roma. Aksi mereka tidak hanya sebatas merampas kekayaan, tetapi juga menghancurkan bangunan-bangunan penting dan karya seni di kota tersebut. Peristiwa inilah yang kemudian diasosiasikan dengan tindakan perusakan tanpa alasan yang jelas, dan akhirnya melahirkan istilah “vandalisme”.

Baca Juga  Vandalisme vs. Seni Jalanan: Di Mana Batasnya?

Namun, jauh sebelum istilah “vandalisme” muncul, perilaku merusak properti atau simbol-simbol tertentu sudah ada dalam sejarah manusia. Kita bisa melihatnya dalam berbagai konteks dan motivasi yang berbeda.

Vandalisme di Masa Lampau: Ekspresi Kekuasaan hingga Protes Sosial

Jika kita menengok lebih jauh ke belakang, bentuk-bentuk awal vandalisme sudah bisa ditemukan dalam catatan sejarah kuno. Misalnya, di zaman Mesir Kuno, terdapat bukti penghapusan nama atau gambar Firaun dari monumen-monumen sebagai bentuk penolakan atau perubahan kekuasaan. Tindakan ini bisa dianggap sebagai bentuk vandalisme simbolik, di mana objek yang dirusak memiliki makna politis atau religius.

Di era Yunani dan Romawi Kuno, kita juga menemukan contoh vandalisme yang lebih beragam. Beberapa di antaranya terkait dengan konflik politik atau militer, seperti perusakan patung atau kuil dewa-dewi musuh sebagai simbol kekalahan atau penghinaan. Namun, ada pula vandalisme yang lebih bersifat personal atau ekspresif, seperti coretan-coretan iseng di tembok bangunan publik.

Baca Juga  Cara Memahami Psikologi Pelanggan, Kunci Sukses Bisnis

Menariknya, coretan-coretan di dinding kota Pompeii, yang terkubur abu vulkanik Gunung Vesuvius, memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan sehari-hari dan ekspresi warga Romawi Kuno. Di antara iklan atau pengumuman resmi, ditemukan pula berbagai coretan pribadi, mulai dari ungkapan cinta, makian, hingga sekadar nama atau tanggal. Coretan-coretan ini, meski mungkin dianggap vandalisme ringan, menjadi bukti bahwa dorongan untuk meninggalkan jejak atau berekspresi di ruang publik sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Memasuki Abad Pertengahan, vandalisme seringkali dikaitkan dengan konflik agama atau sosial. Misalnya, pada masa Reformasi Protestan di Eropa, terjadi aksi ikonoklasme, yaitu perusakan gambar-gambar atau patung-patung religius di gereja-gereja Katolik oleh kelompok Protestan. Tindakan ini didorong oleh keyakinan teologis yang berbeda dan semangat untuk memurnikan agama dari praktik-praktik yang dianggap menyimpang. Sebaliknya, kelompok Katolik juga melakukan aksi serupa terhadap simbol-simbol Protestan.

Baca Juga  Introvert Selalu Canggung? Mitos Besar

Di sisi lain, vandalisme juga bisa menjadi bagian dari protes sosial atau pemberontakan petani. Dalam kondisi ketidakadilan atau penindasan, kelompok masyarakat yang merasa dirugikan atau marah dapat melampiaskan kekesalan mereka dengan merusak properti milik penguasa atau kelompok yang dianggap bertanggung jawab atas penderitaan mereka. Vandalisme dalam konteks ini menjadi semacam “teriakan” atau bentuk perlawanan terhadap sistem yang dianggap tidak adil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *