perisainews.com – Mitos ADHD sering kali menyesatkan dan menciptakan stigma yang tidak perlu bagi individu yang mengalaminya. Banyak yang mengira bahwa ADHD hanyalah dalih untuk malas atau bodoh, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks dari itu. Mari kita bedah bersama mitos-mitos terbesar tentang ADHD dan memahami fakta sebenarnya.
Apa Sebenarnya ADHD Itu?
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus, mengendalikan impuls, dan mengatur tingkat aktivitas. Kondisi ini bukan sekadar masalah perilaku anak-anak nakal atau kurangnya disiplin, melainkan kondisi neurologis yang nyata dan dapat memengaruhi individu dari segala usia.
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 6,1 juta anak di Amerika Serikat (9,8%) didiagnosis dengan ADHD pada tahun 2019. Angka ini menunjukkan bahwa ADHD bukanlah kondisi yang langka dan memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, stigma dan kesalahpahaman seputar ADHD masih sangat kuat.
Mitos #1: ADHD Hanya Dialami Anak-Anak
Salah satu mitos paling umum adalah bahwa ADHD hanya dialami oleh anak-anak dan akan hilang seiring bertambahnya usia. Faktanya, ADHD dapat berlanjut hingga dewasa. Meskipun gejala hiperaktivitas mungkin mereda seiring usia, masalah dengan perhatian, impulsivitas, dan organisasi seringkali tetap ada dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan dewasa, seperti pekerjaan, hubungan, dan keuangan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry menemukan bahwa sekitar 65% anak-anak dengan ADHD terus menunjukkan gejala yang signifikan hingga usia 25 tahun. Ini menunjukkan bahwa ADHD bukanlah sesuatu yang “dilewati” saat dewasa, melainkan kondisi jangka panjang yang memerlukan pemahaman dan penanganan yang tepat.
Mitos #2: ADHD Disebabkan oleh Pola Asuh yang Buruk
Mitos lain yang merugikan adalah anggapan bahwa ADHD disebabkan oleh pola asuh yang buruk atau kurangnya disiplin dari orang tua. Ini adalah pandangan yang sama sekali tidak akurat dan menyalahkan orang tua secara tidak adil. ADHD adalah gangguan neurobiologis yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetika, kimia otak, dan perkembangan otak.
Penelitian genetik menunjukkan bahwa ADHD memiliki komponen heritabilitas yang kuat. Artinya, jika ada anggota keluarga yang memiliki ADHD, kemungkinan anggota keluarga lain juga mengalaminya akan meningkat. Faktor lingkungan seperti paparan timbal atau komplikasi selama kehamilan dan persalinan juga dapat berperan, tetapi bukan berarti pola asuh adalah penyebab utama.
Mitos #3: Orang dengan ADHD Itu Malas atau Tidak Cerdas
Mitos ini adalah salah satu yang paling menyakitkan dan merugikan. Menganggap orang dengan ADHD sebagai malas atau bodoh adalah bentuk penghakiman yang tidak berdasar. Kenyataannya, orang dengan ADHD seringkali memiliki potensi intelektual yang sama dengan orang lain, bahkan beberapa di antaranya sangat cerdas dan kreatif. Masalahnya terletak pada kesulitan mereka dalam mengatur perhatian, fokus, dan mengendalikan impuls, bukan pada kurangnya kemampuan atau kemauan.
Banyak tokoh sukses di berbagai bidang yang diyakini atau secara terbuka berbicara tentang pengalaman mereka dengan ADHD. Tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Walt Disney, dan Michael Jordan adalah contoh bahwa ADHD tidak menghalangi seseorang untuk mencapai prestasi luar biasa. Yang dibutuhkan adalah pemahaman, dukungan, dan strategi yang tepat untuk mengelola tantangan yang dihadapi.