perisainews.com – Pernah merasa jengkel dengan pasangan sendiri? Pasangan bikin jengkel memang jadi masalah umum dalam hubungan. Bukannya cinta sudah luntur, bisa jadi hanya perspektifmu saja yang perlu diubah. Dalam hubungan, seringkali kita terjebak dalam pola pikir negatif yang membuat hal-hal kecil terasa menyebalkan. Padahal, dengan sedikit perubahan sudut pandang, hubungan bisa jadi jauh lebih harmonis dan menyenangkan.
Mengapa Kita Mudah Jengkel dengan Pasangan?
Sebelum membahas cara mengubah perspektif, penting untuk memahami akar masalahnya. Kenapa sih hal-hal kecil dari pasangan bisa bikin kita naik darah? Psikolog klinis Dr. Barton Goldsmith dalam bukunya Emotional Fitness for Couples menjelaskan bahwa kejengkelan seringkali muncul dari ekspektasi yang tidak realistis dan kurangnya komunikasi yang efektif.
- Ekspektasi Tidak Realistis: Kita seringkali punya bayangan ideal tentang pasangan dan hubungan. Ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi ini, rasa kecewa dan jengkel mudah muncul. Misalnya, berharap pasangan selalu romantis 24/7, atau selalu sependapat dalam segala hal. Padahal, setiap orang punya keunikan dan kekurangan masing-masing.
- Kurangnya Komunikasi Efektif: Komunikasi yang buruk juga menjadi pemicu utama kejengkelan. Ketika kita tidak bisa menyampaikan perasaan dan kebutuhan dengan jelas, kesalahpahaman mudah terjadi. Akibatnya, hal-hal kecil yang sebenarnya bisa didiskusikan malah jadi sumber pertengkaran dan kejengkelan.
- Stres dan Kelelahan: Faktor eksternal seperti stres pekerjaan, masalah keuangan, atau kurang tidur juga bisa memperburuk perasaan jengkel. Ketika kita sedang tidak dalam kondisi prima, toleransi terhadap hal-hal kecil dari pasangan pun menurun. Sebuah studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan reaktivitas emosional, membuat kita lebih mudah marah dan jengkel.
Mengubah Perspektif: Kunci Hubungan Harmonis
data-sourcepos=”19:1-19:326″>Kabar baiknya, perasaan jengkel ini bisa diatasi dengan mengubah perspektif. Ini bukan berarti menoleransi perilaku pasangan yang benar-benar merugikan atau toxic, ya. Tapi lebih kepada bagaimana kita melihat dan merespon hal-hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu signifikan. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
1. Fokus pada Hal Positif, Bukan Negatif
Ketika merasa jengkel, otak kita cenderung fokus pada hal-hal negatif dari pasangan. Coba latih diri untuk sebaliknya. Setiap kali perasaan jengkel muncul, paksa diri untuk memikirkan setidaknya tiga hal positif dari pasanganmu. Misalnya, “Dia memang suka telat, tapi dia selalu bantu aku beres-beres rumah,” atau “Dia memang berisik kalau makan, tapi dia selalu ingat beliin aku makanan kesukaan.”
Latihan sederhana ini akan membantu menyeimbangkan perspektifmu. Kamu akan mulai menyadari bahwa pasanganmu tidak hanya terdiri dari hal-hal yang menjengkelkan, tapi juga punya banyak kualitas positif yang mungkin selama ini terlupakan. Penelitian dari University of California, Berkeley, menunjukkan bahwa fokus pada aspek positif dalam hubungan dapat meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan secara keseluruhan.
2. Latihan Empati: Coba Pahami Sudut Pandangnya
Sebelum cepat menghakimi atau marah, coba posisikan dirimu di tempat pasanganmu. Kenapa sih dia melakukan hal itu? Apa mungkin ada alasan atau maksud baik di baliknya? Misalnya, pasanganmu lupa mematikan lampu kamar mandi. Alih-alih langsung marah, coba pikirkan, mungkin dia sedang terburu-buru atau sedang banyak pikiran sehingga tidak fokus.
Empati akan membantumu melihat situasi dari sudut pandang yang lebih luas dan mengurangi reaksi emosional yang berlebihan. Kamu akan lebih mudah memaklumi kekurangan pasangan dan merespons dengan lebih tenang dan bijaksana. Daniel Goleman, penulis buku Emotional Intelligence, menekankan pentingnya empati dalam membangun hubungan yang sehat dan langgeng.