perisainews.com – Dalam dunia kerja yang dinamis dan terus berubah, kemampuan beradaptasi dan berkembang menjadi aset yang tak ternilai. Growth mindset, atau pola pikir berkembang, bukan lagi sekadar buzzword, melainkan fondasi penting bagi individu dan organisasi untuk meraih kesuksesan jangka panjang. Sebagai garda depan perusahaan dalam menemukan talenta terbaik, Human Resources (HR) memiliki peran krusial untuk mengidentifikasi kandidat dengan pola pikir ini sejak awal proses rekrutmen.
Mengapa growth mindset begitu dicari? Sederhana, individu dengan pola pikir berkembang melihat tantangan sebagai peluang, kegagalan sebagai pembelajaran, dan kesuksesan orang lain sebagai inspirasi, bukan ancaman. Mereka gigih, terbuka terhadap kritik, dan selalu haus untuk belajar dan meningkatkan diri. Karakteristik ini sangat penting dalam lingkungan kerja yang menuntut inovasi, kolaborasi, dan kemampuan untuk terus relevan.
Namun, bagaimana cara HR mendeteksi growth mindset pada kandidat saat wawancara? Tidak cukup hanya bertanya “Apakah Anda memiliki growth mindset?” HR perlu menggali lebih dalam melalui pertanyaan-pertanyaan strategis yang mampu mengungkap perilaku dan pola pikir kandidat yang sesungguhnya.
Berikut adalah 5 tanda kandidat memiliki growth mindset, dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang wajib diajukan HR untuk memvalidasinya:
1. Menghadapi Tantangan dengan Antusias, Bukan Ketakutan
Kandidat dengan growth mindset tidak gentar menghadapi tantangan baru. Mereka justru melihatnya sebagai kesempatan untuk menguji kemampuan diri dan memperluas zona nyaman. Mereka tidak mudah mengeluh atau menghindar ketika diberikan tugas yang sulit atau di luar deskripsi pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
Pertanyaan Wajib HR:
- “Ceritakan tentang situasi tersulit yang pernah Anda hadapi dalam pekerjaan sebelumnya. Bagaimana Anda menghadapinya? Apa yang Anda pelajari dari pengalaman tersebut?” (Pertanyaan ini menggali bagaimana kandidat bereaksi terhadap kesulitan dan apakah mereka mampu belajar darinya).
- “Jika Anda diberikan proyek yang belum pernah Anda kerjakan sebelumnya, bagaimana perasaan Anda? Langkah pertama apa yang akan Anda lakukan?” (Pertanyaan ini mengukur tingkat antusiasme dan inisiatif kandidat dalam menghadapi hal baru).
- “Apa jenis tantangan yang paling Anda nikmati dalam pekerjaan? Mengapa?” (Pertanyaan ini mengungkap preferensi kandidat terhadap tantangan dan motivasi intrinsik mereka).
Kandidat dengan growth mindset akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan menceritakan bagaimana mereka aktif mencari solusi, belajar hal baru untuk mengatasi tantangan, dan bahkan menikmati prosesnya. Mereka tidak akan fokus pada kesulitan atau mengeluh, melainkan pada pertumbuhan dan pembelajaran yang mereka dapatkan.
2. Kegagalan Dipandang Sebagai Umpan Balik Konstruktif, Bukan Akhir Segalanya
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Perbedaan antara individu dengan growth mindset dan fixed mindset (pola pikir tetap) terletak pada bagaimana mereka memaknai kegagalan tersebut. Kandidat dengan growth mindset tidak menganggap kegagalan sebagai bukti ketidakmampuan atau kekurangan diri. Sebaliknya, mereka melihatnya sebagai umpan balik berharga untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan menjadi batu loncatan untuk meraih kesuksesan di masa depan.
Pertanyaan Wajib HR:
- “Ceritakan tentang kegagalan terbesar yang pernah Anda alami dalam karier. Bagaimana Anda bereaksi? Apa langkah selanjutnya yang Anda ambil?” (Pertanyaan ini mengevaluasi kemampuan kandidat dalam menerima kegagalan dan mengubahnya menjadi pembelajaran).
- “Pelajaran terpenting apa yang pernah Anda dapatkan dari sebuah kesalahan dalam pekerjaan?” (Pertanyaan ini menggali kemampuan refleksi diri dan ekstraksi pembelajaran dari pengalaman negatif).
- “Bagaimana Anda biasanya meminta dan menerima feedback atau kritik terhadap kinerja Anda?” (Pertanyaan ini mengukur keterbukaan kandidat terhadap masukan dan kemauan untuk berkembang melalui kritik).
Kandidat dengan growth mindset akan menceritakan kegagalan mereka dengan jujur dan terbuka. Mereka akan fokus pada apa yang mereka pelajari dari kesalahan tersebut dan bagaimana mereka menggunakan pembelajaran itu untuk meningkatkan kinerja di kemudian hari. Mereka tidak akan defensif atau menyalahkan orang lain atas kegagalan yang mereka alami.