Hubungan

5 Taktik Licik Narsisis untuk Mengendalikan Korban, Apakah Kamu Salah Satunya?

×

5 Taktik Licik Narsisis untuk Mengendalikan Korban, Apakah Kamu Salah Satunya?

Sebarkan artikel ini
5 Taktik Licik Narsisis untuk Mengendalikan Korban, Apakah Kamu Salah Satunya?
5 Taktik Licik Narsisis untuk Mengendalikan Korban, Apakah Kamu Salah Satunya? (www.freepik.com)

data-sourcepos=”5:1-5:292″>perisainews.com – Pernahkah kamu merasa seperti sedang berjalan di atas kulit telur di sekitar seseorang? Atau mungkin kamu merasa selalu salah, tidak pernah cukup baik, atau bahkan mempertanyakan kewarasanmu sendiri dalam suatu hubungan? Jika iya, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan seorang narsisis.

Narsisisme, lebih dari sekadar sifat egois biasa, adalah pola perilaku yang ditandai dengan rasa kepentingan diri yang berlebihan, kebutuhan akan kekaguman, dan kurangnya empati. Di balik topeng percaya diri dan karisma yang mempesona, seorang narsisis ahli dalam manipulasi dan kontrol. Mereka memiliki cara-cara licik untuk membuat orang lain tunduk pada keinginan mereka, dan seringkali korbannya tidak menyadari bahwa mereka sedang dipermainkan.

Artikel ini akan membongkar 5 cara paling umum dan licik yang digunakan narsisis untuk mengendalikan korbannya, serta memberikan panduan praktis tentang bagaimana menghadapinya. Memahami taktik ini adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari cengkeraman narsisis dan membangun kembali hidupmu.

Baca Juga  Hati-Hati! Inilah 3 Tahap Perubahan Pria Toxic yang Sering Terjadi

1. Gaslighting: Membuat Korban Meragukan Realitas Diri Sendiri

Gaslighting adalah salah satu taktik manipulasi narsistik yang paling merusak dan sulit dikenali. Kata kunci utama di sini adalah keraguan. Seorang narsisis akan secara sistematis memutarbalikkan fakta, menyangkal kejadian yang jelas terjadi, atau bahkan berbohong secara terang-terangan untuk membuat korbannya meragukan ingatan, persepsi, dan kewarasan mereka sendiri.

Contoh konkret gaslighting dalam hubungan narsistik:

  • Penyangkalan: Ketika kamu mengonfrontasi narsisis tentang perilaku buruk mereka, mereka akan menyangkalnya mentah-mentah. “Aku tidak pernah mengatakan itu,” atau “Kamu terlalu sensitif,” adalah kalimat yang sering dilontarkan. Padahal, kamu jelas-jelas mengingat apa yang mereka katakan atau lakukan.
  • Memutarbalikkan Fakta: Narsisis akan mengubah cerita atau menyalahkanmu atas kesalahan mereka. Misalnya, jika mereka ketahuan berbohong, mereka akan berkata, “Aku berbohong karena kamu membuatku marah,” atau “Seharusnya kamu tidak bertanya kalau tidak mau mendengar jawabannya.”
  • Mengecilkan Perasaan: Ketika kamu mengungkapkan perasaanmu yang terluka, narsisis akan meremehkannya. “Kamu berlebihan,” atau “Jangan drama,” adalah cara mereka untuk membuatmu merasa bersalah karena memiliki emosi yang valid.
  • Kebingungan Sengaja: Mereka akan memberikan informasi yang bertentangan atau tidak jelas, membuatmu selalu merasa bingung dan bergantung pada mereka untuk kejelasan. Ini adalah cara halus untuk mengikis kepercayaan dirimu.
Baca Juga  Rumah Harmonis dan Bahagia, 7 Kebiasaan Positif ini Wajib Dicoba

Bagaimana Menghadapi Gaslighting:

  • Percaya pada Instingmu: Jika sesuatu terasa salah, kemungkinan besar memang salah. Jangan biarkan narsisis meyakinkanmu bahwa kamu gila atau berhalusinasi.
  • Catat Bukti: Jika memungkinkan, catat atau dokumentasikan kejadian-kejadian penting, percakapan, atau bukti lain yang mendukung realitasmu. Ini akan membantumu melawan distorsi narsisis.
  • Cari Validasi dari Orang Lain: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau terapis yang terpercaya. Mereka dapat memberikan perspektif objektif dan memvalidasi perasaanmu.
  • Batasi Kontak: Semakin sedikit interaksimu dengan narsisis, semakin kecil peluang mereka untuk melakukan gaslighting padamu. Pertimbangkan untuk memutus kontak sepenuhnya jika memungkinkan.

2. Playing Victim: Memanipulasi Rasa Bersalah dan Empati Korban

Narsisis sangat ahli dalam memainkan peran korban. Ini adalah taktik licik untuk menghindari tanggung jawab, mendapatkan simpati, dan mengendalikan orang lain melalui rasa bersalah. Kata kunci di sini adalah rasa bersalah dan empati. Mereka akan memutarbalikkan situasi agar selalu terlihat sebagai pihak yang dirugikan, meskipun sebenarnya mereka adalah pelaku utama.

Baca Juga  Mau Tahu Kepribadian Seseorang? Cek Pola Bicaranya!

Contoh konkret playing victim dalam hubungan narsistik:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *