- Dompet jebol: Tentu saja, gaya hidup konsumtif akan membuat dompetmu cepat sekali kering. Uang yang seharusnya bisa ditabung atau diinvestasikan, habis untuk membeli barang-barang yang kurang bermanfaat.
- Stres keuangan: Ketika pengeluaran terus membengkak dan tabungan kosong, stres keuangan pasti akan menghantui. Kamu akan terus menerus khawatir tentang bagaimana cara membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan di masa depan.
- Tidak mencapai tujuan finansial: Gaya hidup konsumtif akan menjauhkanmu dari tujuan finansialmu. Bagaimana bisa membeli rumah impian atau mempersiapkan dana pensiun jika setiap bulan gaji selalu habis untuk hal-hal konsumtif?
Cara mengatasi gaya hidup konsumtif:
- Bedakan antara “ingin” dan “butuh”: Setiap kali ingin membeli sesuatu, tanyakan pada dirimu sendiri, “Apakah barang ini benar-benar saya butuhkan atau hanya saya inginkan saja?” Jika jawabannya hanya “ingin,” tahan dulu keinginanmu.
- Terapkan delayed gratification (menunda kesenangan): Jangan langsung membeli barang yang kamu inginkan saat itu juga. Tunggu beberapa hari atau minggu. Jika setelah itu kamu masih menginginkannya, baru pertimbangkan untuk membelinya. Biasanya, keinginan impulsif akan mereda setelah beberapa waktu.
- Fokus pada pengalaman, bukan barang: Alih-alih menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah, alihkan fokusmu pada pengalaman. Berlibur, belajar skill baru, atau menghabiskan waktu berkualitas bersama orang-orang terkasih akan memberikan kebahagiaan yang lebih bermakna dan tahan lama dibandingkan barang-barang materi.
- Batasi waktu di media sosial: Media sosial seringkali menjadi pemicu gaya hidup konsumtif. Melihat postingan teman-teman yang selalu update gadget terbaru atau liburan ke tempat-tempat mewah bisa membuatmu merasa insecure dan terdorong untuk ikut-ikutan. Batasi waktu di media sosial dan fokus pada kehidupanmu sendiri.
3. Mengabaikan Dana Darurat: Ketika Musibah Datang Tiba-Tiba
Kesalahan finansial fatal yang seringkali berakibat buruk adalah mengabaikan dana darurat. Banyak orang berpikir dana darurat itu tidak penting karena merasa hidupnya baik-baik saja dan tidak mungkin ada musibah datang. Padahal, musibah bisa datang kapan saja dan tanpa diduga. Sakit, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, atau kerusakan rumah, semuanya bisa terjadi dan membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Tanpa dana darurat, kamu akan sangat rentan terhadap masalah keuangan ketika musibah datang. Kamu terpaksa harus berutang atau menjual aset berharga untuk menutupi kebutuhan mendesak. Ini tentu akan semakin memperburuk kondisi keuanganmu.
Pentingnya dana darurat:
- Jaring pengaman finansial: Dana darurat berfungsi sebagai jaring pengaman finansial ketika terjadi hal-hal yang tidak terduga. Dana ini akan melindungimu dari kebangkrutan atau masalah keuangan yang lebih serius.
- Mengurangi stres keuangan: Memiliki dana darurat akan memberimu rasa aman dan tenang. Kamu tidak perlu khawatir berlebihan jika sewaktu-waktu terjadi musibah karena kamu sudah memiliki dana cadangan untuk menghadapinya.
- Memberikan fleksibilitas: Dana darurat juga bisa memberikanmu fleksibilitas untuk mengambil keputusan penting dalam hidup. Misalnya, jika kamu ingin resign dari pekerjaan yang tidak kamu sukai atau memulai bisnis sendiri, dana darurat akan memberimu waktu untuk berpikir dan mempersiapkan diri tanpa terburu-buru.
Berapa besar dana darurat yang ideal?
- Minimal 3-6 bulan pengeluaran bulanan: Idealnya, dana daruratmu mencukupi untuk menutupi pengeluaran bulananmu selama 3-6 bulan. Jika kamu memiliki tanggungan keluarga atau pekerjaanmu berisiko tinggi, sebaiknya siapkan dana darurat yang lebih besar, sekitar 6-12 bulan pengeluaran bulanan.
Tips mengumpulkan dana darurat: