Pengembangan Diri

Terjebak Amarah? Inilah 7 Pola Pikir yang Menjeratmu!

×

Terjebak Amarah? Inilah 7 Pola Pikir yang Menjeratmu!

Sebarkan artikel ini
Terjebak Amarah? Inilah 7 Pola Pikir yang Menjeratmu!
Terjebak Amarah? Inilah 7 Pola Pikir yang Menjeratmu! (www.freepik.com)

6. “Pernyataan Harus” (Should Statements): Tuntutan yang Tidak Realistis dan Menyebabkan Kekecewaan

Pola pikir “pernyataan harus” atau should statements adalah jebakan tuntutan yang tidak realistis pada diri sendiri, orang lain, atau dunia sekitar. Kita memiliki daftar panjang tentang “apa yang seharusnya terjadi”, “apa yang seharusnya dilakukan”, dan “apa yang seharusnya dirasakan”. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan tuntutan “harus” tersebut, kita akan merasa marah, kecewa, dan frustrasi.

Misalnya, kamu berpikir, “Aku seharusnya selalu bahagia! Aku seharusnya tidak pernah merasa sedih atau marah!”. Tuntutan “harus” ini sangat tidak realistis dan justru akan membuatmu merasa bersalah dan marah pada diri sendiri ketika kamu merasakan emosi negatif yang alami. Demikian pula, ketika kamu berpikir, “Orang lain seharusnya selalu bersikap baik padaku! Mereka seharusnya tidak pernah mengecewakanku!”. Tuntutan “harus” pada orang lain ini pasti akan berujung pada kekecewaan dan amarah, karena kenyataannya, orang lain tidak selalu bertindak sesuai dengan harapan kita.

Pola pikir ini menciptakan standar yang tidak mungkin dicapai dan membuat kita terus-menerus merasa gagal dan tidak puas. Kita terjebak dalam idealisme yang kaku dan kehilangan kemampuan untuk menerima kenyataan apa adanya.

Solusi: Ubah tuntutan “harus” menjadi preferensi atau harapan yang lebih fleksibel dan realistis. Alih-alih mengatakan “Aku harus selalu bahagia”, katakanlah “Aku ingin merasa bahagia, dan aku akan berusaha untuk mencapai kebahagiaan, tetapi aku juga menerima bahwa kesedihan dan amarah adalah bagian dari hidup”. Alih-alih menuntut orang lain untuk selalu bertindak sesuai dengan harapanmu, terimalah bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan pilihan mereka. Menerima kenyataan apa adanya dan melepaskan tuntutan “harus” yang tidak realistis adalah kunci untuk meraih kedamaian batin dan meredam amarah yang bersumber dari ekspektasi yang tidak terpenuhi.

Baca Juga  10 Kalimat Cerdas yang Bikin Kamu Disegani Tanpa Terkesan Kasar

7. “Personalisasi” (Personalization): Menyalahkan Diri Sendiri atas Semua Hal Negatif

Pola pikir “personalisasi” atau personalization adalah kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri atas semua hal negatif yang terjadi di sekitar kita, bahkan ketika kita tidak memiliki kendali atau tanggung jawab atas kejadian tersebut. Kita merasa bertanggung jawab atas kesalahan atau masalah orang lain, dan menyalahkan diri sendiri atas semua hal buruk yang terjadi di dunia.

Contohnya, ketika temanmu sedang bad mood atau marah, pikiran “personalisasi” mungkin akan membisikkan, “Ini pasti salahku! Aku pasti melakukan sesuatu yang membuatnya marah!”. Padahal, mungkin saja temanmu sedang menghadapi masalah pribadi yang tidak ada hubungannya denganmu. Demikian pula, ketika terjadi bencana alam atau kejadian tragis di dunia, kamu mungkin merasa bersalah dan bertanggung jawab atas kejadian tersebut, meskipun kamu tidak memiliki kendali sama sekali.

Pola pikir ini memicu perasaan bersalah, malu, dan tidak berdaya. Kita memikul beban yang tidak seharusnya kita tanggung, dan menyalahkan diri sendiri atas hal-hal yang berada di luar kendali kita. Padahal, tidak semua hal negatif yang terjadi di dunia adalah kesalahan atau tanggung jawab kita.

Baca Juga  Pura-pura Baik, Mengungkap Taktik Manipulasi Terselubung di Tempat Kerja

Solusi: Pisahkan antara apa yang menjadi tanggung jawabmu dan apa yang bukan. Akui bahwa kamu tidak memiliki kendali atas segala hal yang terjadi di dunia, dan tidak bertanggung jawab atas perasaan atau tindakan orang lain. Fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan, yaitu pikiran, perasaan, dan tindakanmu sendiri. Lepaskan beban tanggung jawab yang tidak perlu, dan maafkan diri sendiri atas kesalahan atau kekurangan yang mungkin kamu miliki. Memahami batasan diri dan menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa mengendalikan segalanya adalah kunci untuk meredam amarah yang bersumber dari rasa bersalah dan tidak berdaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *