4. Kurang Romantis dan Sentuhan Fisik
Meskipun sudah menikah lama, romantisme dan sentuhan fisik tetaplah penting untuk menjaga api cinta tetap menyala. Namun, seringkali suami setelah menikah merasa bahwa romantisme dan sentuhan fisik sudah tidak lagi diperlukan.
Padahal, bagi seorang istri, sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman, gandengan tangan, atau sekadar usapan lembut di rambut, adalah bahasa cinta yang sangat penting. Sentuhan fisik membuat istri merasa diinginkan, dicintai, dan terhubung secara emosional dengan suami.
Kurangnya romantisme juga bisa terlihat dari jarangnya suami memberikan kejutan-kejutan kecil yang romantis. Misalnya, memberikan bunga, cokelat, atau hadiah kecil lainnya tanpa alasan khusus, menulis surat cinta, atau merencanakan kencan kejutan. Hal-hal romantis seperti ini akan membuat istri merasa istimewa dan diingat oleh suami.
Jangan biarkan romantisme memudar dalam pernikahan Anda. Tetaplah menjadi suami yang romantis dan penuh kasih sayang. Berikan sentuhan fisik yang hangat, kejutan-kejutan kecil yang romantis, dan selalu ungkapkan cinta Anda melalui kata-kata dan tindakan.
5. Tidak Membantu Pekerjaan Rumah Tangga dan Pengasuhan Anak
Pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak adalah hal yang penting dalam pernikahan yang sehat dan равноправным. Namun, masih banyak suami yang beranggapan bahwa pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak adalah tugas istri sepenuhnya.
Ketika suami tidak mau membantu pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, istri akan merasa terbebani, kelelahan, dan merasa tidak adil. Istri merasa sendirian dalam mengurus semua urusan rumah tangga dan anak, sementara suami hanya fokus pada pekerjaan dan dunianya sendiri.
Padahal, membantu pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak bukanlah hal yang merendahkan martabat suami. Justru sebaliknya, dengan membantu istri, suami menunjukkan bahwa ia peduli, perhatian, dan mau berbagi beban dengan istri. Kerjasama dalam rumah tangga akan membuat istri merasa dihargai, didukung, dan dicintai.
Cobalah untuk lebih peka terhadap beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang diemban istri. Tawarkan bantuan secara proaktif, jangan menunggu istri meminta. Bagi tugas secara adil, dan tunjukkan bahwa Anda siap bekerja sama sebagai tim dalam mengurus rumah tangga dan keluarga.
6. Kritik yang Terlalu Sering dan Merendahkan
Kritik yang membangun memang diperlukan dalam hubungan, namun kritik yang terlalu sering, apalagi dengan nada merendahkan, justru akan mengikis rasa cinta istri. Seringkali suami tanpa sadar melontarkan kritik yang menyakitkan hati istri, baik itu terkait penampilan, kemampuan, maupun kepribadian istri.
Kritik yang terlalu sering akan membuat istri merasa tidak percaya diri, merasa tidak berharga, dan merasa tidak dicintai apa adanya. Istri merasa selalu salah di mata suami, dan merasa tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membuat suami bangga atau bahagia.
Padahal, pujian dan dukungan dari suami justru akan membuat istri merasa termotivasi, percaya diri, dan merasa dicintai. Jika memang ada hal yang ingin dikritik dari istri, sampaikanlah dengan cara yang lembut, penuh kasih sayang, dan fokus pada solusi, bukan pada kesalahan.
Berhentilah mengkritik istri terlalu sering, apalagi dengan nada merendahkan. Ubahlah kritik menjadi pujian dan dukungan. Fokuslah pada hal-hal positif dari istri, hargai kelebihan dan keunikan istri, dan selalu berikan semangat dan motivasi agar istri merasa dicintai dan dihargai apa adanya.