data-sourcepos=”7:1-7:517″>perisainews.com – Generasi Z atau yang biasa dikenal dengan Gen Z, kini mulai mendominasi angkatan kerja. Lahir antara tahun 1997 hingga 2012, generasi ini membawa serta perspektif dan nilai-nilai yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Sayangnya, berbagai mitos tentang Gen Z di tempat kerja seringkali menghambat pemahaman yang lebih dalam tentang potensi dan kontribusi mereka. Artikel ini akan membongkar 5 mitos paling umum tentang Gen Z di tempat kerja dan mengungkap fakta sebenarnya yang akan mengubah cara pandang Anda.
Mitos 1: Gen Z Malas dan Tidak Memiliki Etos Kerja yang Kuat
Salah satu mitos yang paling sering dilontarkan tentang Gen Z adalah anggapan bahwa mereka malas dan tidak memiliki etos kerja yang kuat. Mitos ini seringkali muncul karena Gen Z tumbuh di era digital dan media sosial, yang diasosiasikan dengan budaya instan dan kurangnya fokus.
Fakta Sebenarnya: Kenyataannya, Gen Z justru memiliki etos kerja yang kuat, namun dengan pendekatan yang berbeda. Mereka tumbuh besar dengan melihat generasi sebelumnya mengalami burnout dan krisis keseimbangan kerja-hidup. Akibatnya, Gen Z sangat menghargai fleksibilitas, work-life balance, dan pekerjaan yang memberikan makna serta tujuan yang jelas.
Sebuah studi dari Deloitte Global Gen Z and Millennial Survey 2023 menunjukkan bahwa work-life balance adalah prioritas utama bagi Gen Z dalam memilih pekerjaan, bahkan lebih penting daripada gaji. Mereka mencari pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk berkembang secara profesional namun tetap memiliki waktu untuk mengejar minat pribadi dan menjaga kesehatan mental.
Gen Z bukan malas, mereka hanya mendefinisikan ulang arti dari kerja keras. Mereka tidak terpaku pada jam kerja panjang tanpa henti, tetapi lebih fokus pada efisiensi, produktivitas, dan hasil yang berkualitas. Mereka juga sangat adaptif terhadap teknologi dan mampu memanfaatkan berbagai platform digital untuk bekerja secara efektif dan kolaboratif.
Mitos 2: Gen Z Hanya Peduli pada Uang dan Gaji Tinggi
Mitos lain yang cukup populer adalah anggapan bahwa Gen Z hanya peduli pada uang dan gaji tinggi. Mereka dianggap sebagai generasi yang materialistis dan hanya termotivasi oleh imbalan finansial.
Fakta Sebenarnya: Meskipun gaji yang kompetitif tentu menjadi faktor penting, Gen Z ternyata lebih dari sekadar mengejar materi. Mereka mencari pekerjaan yang memberikan makna, kesempatan untuk berkembang, dan berdampak positif bagi masyarakat atau lingkungan.
Data dari LinkedIn Workplace Learning Report 2023 mengungkapkan bahwa peluang pembelajaran dan pengembangan karir adalah faktor utama yang dicari Gen Z dalam sebuah pekerjaan. Mereka ingin terus belajar, meningkatkan keterampilan, dan merasa bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang berarti.
Gen Z juga sangat peduli pada nilai-nilai perusahaan dan tanggung jawab sosial. Mereka cenderung memilih bekerja untuk perusahaan yang memiliki misi yang jelas, peduli pada isu-isu sosial, dan memiliki budaya perusahaan yang inklusif dan suportif.
Mitos 3: Gen Z Tidak Loyal dan Sering Berganti Pekerjaan
Mitos yang satu ini mengklaim bahwa Gen Z tidak loyal kepada perusahaan dan sering berganti pekerjaan. Mereka dianggap sebagai generasi job-hopper yang tidak betah bekerja lama di satu tempat.
Fakta Sebenarnya: Gen Z memang lebih terbuka untuk berganti pekerjaan dibandingkan generasi sebelumnya, tetapi bukan berarti mereka tidak loyal. Loyalitas Gen Z berbeda, mereka loyal pada perkembangan diri dan nilai-nilai yang mereka anut. Jika pekerjaan tidak lagi memberikan kesempatan untuk belajar, berkembang, atau tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka, Gen Z tidak ragu untuk mencari peluang lain.
Menurut laporan dari Gallup, generasi yang lebih muda memang cenderung lebih sering berganti pekerjaan, tetapi ini bukan semata-mata karena ketidakloyalan. Faktor-faktor seperti kurangnya peluang pengembangan karir, kurangnya pengakuan, dan budaya perusahaan yang tidak mendukung juga berperan besar dalam keputusan mereka untuk resign.
Perusahaan dapat membangun loyalitas Gen Z dengan memberikan kesempatan belajar dan pengembangan karir yang berkelanjutan, memberikan umpan balik yang konstruktif, menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inklusif, serta memastikan bahwa pekerjaan mereka memiliki tujuan dan makna yang jelas.