Jurus 2: “Validasi Perasaan, Bukan Berarti Setuju Sepenuhnya” – Seni Mengelola Emosi
Seringkali, saat berargumen, kita terlalu fokus pada logika dan fakta, sampai lupa bahwa lawan bicara kita juga manusia yang punya perasaan. Padahal, perasaan ini penting banget, lho! Validasi perasaan adalah jurus kedua yang ampuh untuk meredam emosi dan membuat argumen jadi lebih produktif.
Apa sih yang dimaksud dengan validasi perasaan?
Validasi perasaan itu bukan berarti kamu harus setuju 100% dengan pendapat lawan bicara ya. Tapi, lebih kepada mengakui dan menghargai perasaan yang mereka rasakan. Misalnya, kalau lawan bicara kamu terlihat frustrasi atau marah, kamu bisa bilang, “Saya paham kenapa kamu merasa frustrasi dengan situasi ini” atau “Saya bisa mengerti kalau kamu marah karena hal ini terjadi”.
Kenapa validasi perasaan ini bisa bikin argumen jadi lebih adem?
Ketika perasaan kita divalidasi, kita merasa diakui dan dimengerti. Ini bisa menurunkan tensi emosi dan membuat kita lebih tenang. Sebaliknya, kalau perasaan kita diabaikan atau malah diremehkan, kita pasti akan merasa makin kesal dan defensif.
Contoh validasi perasaan dalam argumen:
-
Daripada: “Kamu salah! Seharusnya kamu begini begitu…”
-
Lebih Baik: “Saya mengerti kenapa kamu berpikir seperti itu. Dari sudut pandang kamu, mungkin memang terlihat seperti itu…”
-
Daripada: “Jangan lebay deh, gitu aja kok marah!”
-
Lebih Baik: “Saya bisa merasakan kamu sangat kecewa dengan hasil ini. Pasti berat ya…”
-
Daripada: “Kamu sih nggak pernah ngertiin aku!”
-
Lebih Baik: “Saya paham kamu merasa tidak dimengerti. Mari kita coba cari jalan tengahnya bersama…”
Ingat, validasi perasaan ini bukan berarti kamu mengalah atau setuju sepenuhnya dengan lawan bicara. Ini adalah cara untuk menunjukkan empati dan membangun jembatan komunikasi yang lebih baik. Dengan memvalidasi perasaan mereka, kamu membuka ruang bagi dialog yang lebih konstruktif dan minim drama.
Jurus 3: “Fokus pada Solusi, Bukan Menang-Menangan” – Menuju Tujuan Bersama
Argumen yang sehat itu bukan tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi, lebih kepada mencari solusi terbaik untuk masalah yang dihadapi bersama. Jurus ketiga ini adalah fokus pada solusi, bukan lagi terjebak dalam ego untuk menang-menangan.
Kenapa fokus pada solusi itu lebih efektif?
data-sourcepos=”76:1-76:359″>Kalau kita terlalu fokus untuk menang dalam argumen, kita cenderung jadi defensif, ngotot, dan sulit menerima ide dari orang lain. Akibatnya, argumen malah jadi buntu dan nggak menghasilkan apa-apa. Tapi, kalau kita menggeser fokus pada mencari solusi, kita jadi lebih terbuka, kolaboratif, dan lebih mungkin menemukan jalan keluar yang memuaskan semua pihak.
Bagaimana cara mempraktikkan fokus pada solusi dalam argumen?
- Identifikasi Tujuan Bersama: Sebelum memulai argumen, coba identifikasi apa tujuan yang ingin dicapai bersama. Misalnya, dalam argumen di kantor, tujuannya mungkin adalah menyelesaikan proyek dengan sukses. Dalam argumen dengan pasangan, tujuannya mungkin adalah menjaga hubungan tetap harmonis. Dengan menyadari tujuan bersama, kita jadi lebih termotivasi untuk mencari solusi daripada sekadar menang dalam debat.
- Brainstorming Solusi Bersama: Ajak lawan bicara untuk brainstorming ide-ide solusi secara bersama-sama. Jangan ragu untuk mengemukakan ide-ide kreatif, bahkan yang terdengar aneh sekalipun. Catat semua ide yang muncul, tanpa perlu langsung menghakimi atau mengkritik.
- Evaluasi Solusi Secara Objektif: Setelah punya daftar ide solusi, evaluasi setiap solusi secara objektif. Pertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing solusi. Fokus pada fakta dan data, bukan lagi pada ego atau preferensi pribadi.
- Pilih Solusi Terbaik Secara Kolaboratif: Setelah evaluasi, pilih solusi terbaik secara bersama-sama. Solusi terbaik adalah solusi yang paling efektif untuk mencapai tujuan bersama, dan sebisa mungkin memuaskan semua pihak yang terlibat. Kalaupun tidak bisa memuaskan semua pihak 100%, cari solusi yang setidaknya bisa diterima oleh semua orang.
- Komitmen pada Solusi yang Dipilih: Setelah solusi terpilih, komitmenlah untuk menjalankan solusi tersebut bersama-sama. Buat rencana aksi yang jelas dan bagi tugas secara adil. Pastikan semua pihak bertanggung jawab untuk menjalankan peran masing-masing.
Dengan fokus pada solusi, argumen jadi lebih terarah dan produktif. Kita jadi lebih mungkin menemukan win-win solution yang menguntungkan semua pihak, daripada terjebak dalam zero-sum game yang hanya menghasilkan kekecewaan dan konflik.