4. Konsistensi: Kunci Argumen yang Sulit Dimentahkan
Dalam psikologi, prinsip konsistensi menyatakan bahwa orang cenderung ingin bertindak dan berpikir secara konsisten dengan apa yang telah mereka katakan atau lakukan sebelumnya. Prinsip ini bisa menjadi senjata ampuh dalam argumen. Jika kamu bisa membuat lawan bicara berkomitmen pada suatu pandangan atau prinsip tertentu, mereka akan cenderung konsisten dengan pandangan tersebut dalam argumen selanjutnya.
Konsistensi menciptakan tekanan psikologis bagi seseorang untuk tetap sejalan dengan komitmen awal mereka. Mengubah pikiran setelah berkomitmen dianggap sebagai inkonsistensi, yang seringkali terasa tidak nyaman atau bahkan memalukan bagi sebagian orang. Oleh karena itu, membangun argumen yang konsisten dengan komitmen awal lawan bicara akan membuatnya lebih sulit bagi mereka untuk menolak argumenmu.
Cara memanfaatkan prinsip konsistensi dalam argumen:
- Identifikasi komitmen awal: Cari tahu apa saja pandangan, prinsip, atau nilai-nilai yang telah dipegang teguh oleh lawan bicara sebelumnya. Ini bisa kamu ketahui dari percakapan sebelumnya, pernyataan publik, atau bahkan nilai-nilai yang mereka tunjukkan dalam tindakan mereka.
- Hubungkan argumenmu dengan komitmen awal: Bangun argumenmu sedemikian rupa sehingga sejalan dan konsisten dengan komitmen awal lawan bicara. Tunjukkan bahwa dengan menerima argumenmu, mereka sebenarnya sedang bertindak konsisten dengan nilai-nilai atau pandangan yang telah mereka anut selama ini.
- Ajukan pertanyaan pancingan: Gunakan pertanyaan untuk memancing lawan bicara agar secara eksplisit menyatakan komitmen mereka pada suatu prinsip atau pandangan. Misalnya, “Anda kan selalu menekankan pentingnya kejujuran, bukan?”, atau “Bukankah Anda setuju bahwa keadilan itu penting bagi semua orang?”. Setelah mereka mengiyakan, gunakan prinsip tersebut sebagai dasar untuk argumenmu selanjutnya.
- Hindari inkonsistensi dalam argumenmu: Pastikan argumen yang kamu sampaikan juga konsisten dan tidak bertentangan satu sama lain. Jika argumenmu inkonsisten, lawan bicara akan dengan mudah menemukan celah dan meruntuhkan seluruh argumenmu.
Dengan memanfaatkan prinsip konsistensi, kamu bisa membangun argumen yang kokoh dan sulit dimentahkan. Kamu tidak perlu memaksakan pendapatmu, tapi cukup menunjukkan bahwa argumenmu sejalan dengan nilai-nilai dan komitmen yang telah dipegang teguh oleh lawan bicara.
5. Timbal Balik (Resiprokal): Memberi untuk Menerima
Prinsip timbal balik (resiprokal) adalah salah satu prinsip dasar dalam interaksi sosial manusia. Prinsip ini menyatakan bahwa orang cenderung ingin membalas budi atau kebaikan yang telah mereka terima dari orang lain. Dalam konteks argumen, prinsip timbal balik bisa dimanfaatkan untuk menciptakan suasana saling menguntungkan dan meningkatkan peluangmu untuk memenangkan argumen.
Ketika kamu memberikan sesuatu yang berharga kepada lawan bicara, misalnya dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan empati, atau mengakui poin bagus dalam argumen mereka, mereka akan secara psikologis merasa “berhutang budi” kepadamu. Perasaan ini akan membuat mereka lebih terbuka untuk membalas kebaikanmu, salah satunya dengan lebih mempertimbangkan argumenmu atau bahkan bersedia mengalah dalam beberapa poin.
Cara menerapkan prinsip timbal balik dalam argumen:
- Berikan pujian yang tulus: Jika lawan bicara menyampaikan poin argumen yang bagus atau menunjukkan pemahaman yang mendalam, berikan pujian yang tulus. Misalnya, “Poin yang bagus sekali”, atau “Saya sangat menghargai sudut pandang Anda yang ini”. Pujian yang tulus akan membuat mereka merasa dihargai dan membuka jalan untuk timbal balik positif.
- Akui kesalahan atau kekuranganmu: Jika kamu melakukan kesalahan atau menyadari ada kekurangan dalam argumenmu, jangan ragu untuk mengakuinya. Mengakui kesalahan menunjukkan kerendahan hati dan kejujuran, yang akan membuat lawan bicara lebih respek dan lebih mungkin untuk membalas dengan kerendahan hati pula.
- Tawarkan konsesi: Dalam argumen, tidak semua poin harus dimenangkan. Terkadang, mengalah pada poin-poin kecil justru bisa menjadi strategi cerdas untuk memenangkan poin-poin yang lebih penting. Menawarkan konsesi menunjukkan bahwa kamu bersedia berkompromi dan mencari solusi yang saling menguntungkan, yang akan memicu timbal balik positif dari lawan bicara.
- Berikan informasi atau bantuan: Jika kamu memiliki informasi atau sumber daya yang bisa membantu lawan bicara memahami masalah dengan lebih baik atau mencapai tujuan mereka, jangan ragu untuk memberikannya. Memberikan bantuan tanpa pamrih akan menciptakan rasa hutang budi dan meningkatkan peluang mereka untuk membalas dengan menerima argumenmu.
Prinsip timbal balik bukan berarti kamu harus bersikap manipulatif atau transaksional dalam berargumen. Prinsip ini justru mengajarkan pentingnya membangun hubungan yang positif dan saling menghargai dalam komunikasi. Dengan memberi kebaikan dan nilai kepada lawan bicara, kamu tidak hanya meningkatkan peluangmu untuk memenangkan argumen, tapi juga mempererat hubungan dan menciptakan suasana yang lebih harmonis.