- Selalu ingin terhubung dengan media sosial: Merasa gelisah atau cemas jika tidak dapat mengakses media sosial atau internet.
- Terus-menerus memeriksa notifikasi: Setiap notifikasi media sosial terasa sangat penting dan harus segera diperiksa.
- Membandingkan diri dengan orang lain di media sosial: Merasa iri, cemburu, atau tidak puas dengan kehidupan sendiri setelah melihat unggahan orang lain.
- Merasa khawatir ketinggalan informasi atau tren terbaru: Takut dianggap ‘tidak update’ atau ‘kudet’ jika tidak mengikuti perkembangan terbaru di media sosial.
- Mengalami kesulitan fokus pada saat ini: Pikiran terus-menerus teralihkan oleh apa yang mungkin sedang terjadi di media sosial.
- Merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di media sosial: Berusaha keras untuk membuat unggahan yang menarik, estetik, atau ‘viral’ demi mendapatkan validasi online.
- Mengabaikan kegiatan di dunia nyata: Lebih memilih menghabiskan waktu di media sosial daripada berinteraksi dengan orang-orang terdekat atau melakukan hobi.
Strategi Ampuh Mengatasi dan Mengelola FOMO di Era Digital
Meskipun FOMO merupakan tantangan nyata di era digital, ada berbagai strategi yang dapat kita terapkan untuk mengelola dan bahkan mengatasinya. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa dicoba:
-
Sadarilah dan Akui bahwa Anda Mengalami FOMO: Langkah pertama adalah menyadari bahwa perasaan-perasaan yang Anda alami merupakan indikasi FOMO. Akui dan terima perasaan tersebut tanpa menghakimi diri sendiri.
-
Batasi Waktu Penggunaan Media Sosial: Tetapkan batasan waktu yang jelas untuk penggunaan media sosial setiap hari. Gunakan aplikasi atau fitur bawaan ponsel untuk memantau dan membatasi waktu penggunaan. Isi waktu luang dengan kegiatan yang lebih produktif dan bermakna di dunia nyata.
-
Unfollow Akun yang Memicu FOMO: Identifikasi akun-akun media sosial yang seringkali membuat Anda merasa iri, tidak puas, atau cemas. Tidak perlu merasa bersalah untuk berhenti mengikuti akun-akun tersebut. Fokuslah pada akun-akun yang memberikan inspirasi positif dan dukungan.
-
Fokus pada Kehidupan Nyata dan Pengalaman Pribadi: Alihkan perhatian dari dunia maya ke dunia nyata. Nikmati momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari, sepertiQuality time_ bersama keluarga dan teman, mengejar hobi, atau sekadar menikmati secangkir kopi di pagi hari. Buatlah jurnal syukur untuk mencatat hal-hal positif yang telah Anda alami dan capai.
-
Mindful Scrolling dan Konsumsi Konten yang Lebih Sehat: Jika Anda tetap ingin menggunakan media sosial, lakukanlah dengan lebih sadar (mindful). Pilih konten yang Anda konsumsi dengan bijak. Ikuti akun-akun yang menginspirasi, edukatif, atau menghibur secara positif. Hindari konten yang memicu perbandingan sosial atau perasaan negatif.
-
Ingatlah bahwa Media Sosial adalah Highlight Reel: Pahami bahwa apa yang Anda lihat di media sosial seringkali hanya representasi sebagian kecil dan terpilih dari kehidupan seseorang—highlight reel. Setiap orang memiliki tantangan dan perjuangannya sendiri, yang mungkin tidak terlihat di permukaan.
-
Cari Dukungan dan Bantuan Jika Diperlukan: Jika FOMO sangat memengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup Anda, jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang terdekat atau bantuan profesional. Terapis atau konselor dapat membantu Anda mengembangkan strategi coping yang lebih efektif dan mengatasi akar masalah FOMO.
Bijak Bermedia Sosial, Prioritaskan Kesehatan Mental
data-sourcepos=”61:1-61:570″>FOMO di era digital adalah fenomena yang nyata dan dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental kita. Namun, dengan kesadaran diri, strategi yang tepat, dan dukungan yang memadai, kita dapat mengelola FOMO dan menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan media sosial. Ingatlah, kebahagiaan dan kepuasan sejati tidak ditemukan di feed media sosial, melainkan dalam kehidupan nyata, hubungan yang bermakna, dan penerimaan diri yang utuh. Mari bijak bermedia sosial, prioritaskan kesehatan mental, dan fokus pada apa yang benar-benar berarti dalam hidup kita.