Pengembangan Diri

Kebiasaan Toxic yang Dianggap Normal, Sadari Sebelum Terlambat

×

Kebiasaan Toxic yang Dianggap Normal, Sadari Sebelum Terlambat

Sebarkan artikel ini
Kebiasaan Toxic yang Dianggap Normal, Sadari Sebelum Terlambat
Kebiasaan Toxic yang Dianggap Normal, Sadari Sebelum Terlambat (www.freepik.com)

3. Self-Criticism Berlebihan

Kritik membangun memang diperlukan untuk perbaikan diri, tetapi self-criticism berlebihan justru bisa menjadi toxic. Kebiasaan ini membuat kita selalu merendahkan diri sendiri, fokus pada kelemahan, dan sulit menghargai pencapaian. Self-criticism toxic bisa merusak rasa percaya diri, memicu anxiety, dan menghambat potensi diri. Psikolog Kristen Neff, Ph.D., dalam bukunya “Self-Compassion”, menekankan pentingnya self-compassion sebagai alternatif self-criticism. Self-compassion melibatkan sikap baik dan pengertian terhadap diri sendiri, terutama saat menghadapi kegagalan atau kesulitan.

4. Kebiasaan Multitasking

Di era serba cepat ini, multitasking seringkali dianggap sebagai keterampilan yang efisien. Namun, penelitian menunjukkan bahwa multitasking justru bisa menurunkan produktivitas, meningkatkan risiko kesalahan, dan memicu stres. Otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk fokus pada banyak tugas sekaligus secara efektif. Kebiasaan multitasking toxic karena menguras energi mental, mengurangi kualitas kerja, dan meningkatkan error rate. Studi dari Stanford University menunjukkan bahwa multitasking justru membuat orang menjadi kurang efisien dan lebih mudah terdistraksi dalam jangka panjang.

5. Menunda-nunda Pekerjaan (Procrastination)

Menunda-nunda pekerjaan mungkin terasa menyenangkan sesaat, tetapi dalam jangka panjang justru bisa menjadi kebiasaan toxic. Procrastination menyebabkan stres, kecemasan, rasa bersalah, dan menurunkan produktivitas. Kebiasaan ini toxic karena menghambat pencapaian tujuan, merusak kualitas kerja, dan memicu siklus negatif yang sulit dihentikan. Buku “Procrastination: A Psychological Perspective” karya Jane B. Burka dan Lenora M. Yuen membahas secara mendalam akar psikologis procrastination dan strategi untuk mengatasinya.

Baca Juga  Terjebak Amarah? Inilah 7 Pola Pikir yang Menjeratmu!

5. Berbicara Negatif Tentang Diri Sendiri (Negative Self-Talk)

Cara kita berbicara pada diri sendiri memiliki dampak besar pada mood, motivasi, dan perilaku. Kebiasaan berbicara negatif tentang diri sendiri, misalnya “Saya bodoh”, “Saya tidak becus”, “Saya tidak akan pernah berhasil”, adalah perilaku toxic. Negative self-talk merusak rasa percaya diri, memicu self-doubt, dan menghambat potensi diri. Psikoterapis David Burns, M.D., dalam bukunya “Feeling Good: The New Mood Therapy”, menjelaskan teknik-teknik kognitif untuk mengubah negative self-talk menjadi positive self-talk.

7. Mengisolasi Diri dari Lingkungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dan interaksi sosial yang sehat adalah kebutuhan dasar. Kebiasaan mengisolasi diri dari lingkungan sosial, menghindari interaksi dengan teman dan keluarga, adalah perilaku toxic. Isolasi sosial bisa menyebabkan kesepian, depresi, dan menurunkan kualitas hidup. Studi dari Brigham Young University menunjukkan bahwa isolasi sosial memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental, bahkan setara dengan merokok 15 batang sehari atau obesitas.

Baca Juga  Terlalu Baik Bisa Merugikan! Saatnya Katakan 'Tidak' dengan Bijak

8. Terlalu Banyak Mengonsumsi Kafein atau Gula

Ketergantungan pada kafein atau gula untuk meningkatkan energi dan mood adalah kebiasaan toxic yang sering dianggap normal, terutama di kalangan pekerja atau pelajar. Konsumsi kafein atau gula berlebihan memang bisa memberikan efek boost sesaat, tetapi dalam jangka panjang justru bisa menyebabkan crash, kecanduan, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya. Ahli gizi Dr. Mark Hyman dalam bukunya “Food: What the Heck Should I Eat?” membahas dampak negatif gula dan kafein berlebihan terhadap kesehatan dan memberikan alternatif yang lebih sehat untuk meningkatkan energi.

9. Kurang Tidur

Di tengah tuntutan pekerjaan dan gaya hidup serba cepat, kurang tidur seringkali dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan dianggap sebagai simbol produktivitas. Padahal, kurang tidur adalah kebiasaan toxic yang berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Kurang tidur menurunkan daya tahan tubuh, mengganggu fungsi kognitif, meningkatkan risiko penyakit kronis, dan memengaruhi mood. National Sleep Foundation merekomendasikan orang dewasa tidur 7-9 jam setiap malam untuk menjaga kesehatan optimal.

Baca Juga  Mau Gaji Dolar dari Kerja Remote? Pelajari 7 Skill Digital Ini Sekarang!

10. Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Media Sosial

Era media sosial telah menciptakan budaya perbandingan yang tidak sehat. Kita seringkali terpapar dengan highlight reel kehidupan orang lain di media sosial, yang membuat kita merasa iri, tidak percaya diri, dan selalu kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki. Kebiasaan ini toxic karena merusak kesehatan mental dan emosional, serta menghambat kita untuk fokus pada perkembangan diri sendiri. Menurut studi dari Royal Society for Public Health, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, terutama pada kalangan remaja dan dewasa muda.

Cara Mengubah Kebiasaan Toxic yang Dianggap Normal

data-sourcepos=”35:1-35:154″>Mengubah kebiasaan toxic yang dianggap normal memang tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *