Semarang, Mendorong peran mahasiswa untuk beraksi nyata dalam penguatan ekosistem halal di Indonesia menjadi fokus utama. Wakil Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Afriansyah Noor, menyerukan hal ini saat membuka Seminar Nasional “Membangun Ekonomi Indonesia Melalui Industri Halal dan Keuangan Syariah” di Ma’had Al Jamiah, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Seruan ini menandai pentingnya kolaborasi lintas sektor, dari akademisi hingga pelaku usaha, untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat industri halal dunia.
Mahasiswa, Garda Terdepan Ekosistem Halal
Dalam sambutannya, Afriansyah Noor menyoroti peran krusial mahasiswa. “Kami berharap seminar ini bisa menjadi titik awal semangat kalian (mahasiswa) untuk ikut terlibat membangun industri halal tanah air,” ungkap Afriansyah di Semarang, Selasa (27/5/2025). Ia juga menambahkan, “Mulailah dari hal kecil. Saat membeli makanan, tanyakan apakah sudah bersertifikat halal. Jika belum, dorong pelaku usaha untuk mengurusnya. Kita sebagai konsumen juga punya tanggung jawab.” Pesan ini menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari kesadaran dan tindakan individu.
Afriansyah juga menjelaskan bahwa industri halal jauh melampaui sebatas urusan agama. Ia telah bertransformasi menjadi standar kualitas yang diakui secara global. “Halal adalah kombinasi antara prinsip syariah dan intervensi teknologi. Penentuan halal, terutama dalam skema (sertifikasi halal) reguler, membutuhkan dukungan laboratorium untuk memastikan kehalalan produk, misalnya apakah mengandung porcine atau tidak,” jelasnya. Hal ini menunjukkan integrasi antara ilmu syariah dan sains yang saling mendukung dalam proses sertifikasi halal.
Komitmen Institusi Pendidikan dan Dampak Positif Sertifikasi Halal
Sejalan dengan semangat tersebut, Rektor UIN Walisongo, Nizar Ali, menegaskan komitmen kampusnya dalam pengembangan industri halal dengan rencana pendirian Fakultas Industri Halal. “Kami sudah siapkan lahan seluas 5,4 hektare untuk mendirikan fakultas ini. Ini wujud nyata komitmen kami membangun ekosistem halal,” kata Nizar Ali. Langkah strategis ini menunjukkan keseriusan UIN Walisongo dalam mencetak sumber daya manusia unggul yang memahami seluk-beluk industri halal.
Lebih lanjut, mantan Sekjen Kemenag itu menekankan bahwa pembangunan industri halal tidak hanya berkutat pada produk makanan semata. Ada empat elemen penting yang harus diperhatikan: barang dan jasa, infrastruktur, sumber daya manusia, serta dukungan pemerintah. “Ini adalah kerja besar lintas sektor: akademisi, pelaku usaha, regulator, dan masyarakat,” tegasnya.
Menariknya, Nizar juga menyampaikan fakta di lapangan yang membuktikan dampak positif sertifikasi halal terhadap pelaku usaha. “Dari survei kecil kami ke pedagang bakso sekitar kampus, terlihat bahwa setelah mereka bersertifikat halal, penjualan meningkat. Konsumen jadi lebih yakin dan loyal,” ungkap Nizar Ali. Hal ini menggarisbawahi bahwa sertifikasi halal bukan hanya kepatuhan syariah, tetapi juga strategi bisnis yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan penjualan.
Peran Bank Indonesia dalam Peningkatan Literasi Ekonomi Syariah
Di kesempatan yang sama, Kepala Divisi Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Ambawani Restu Widi, menyoroti pentingnya peningkatan literasi masyarakat terhadap ekonomi syariah. “Indeks literasi ekonomi syariah kita masih di bawah 50 persen. Karena itu, Bank Indonesia terus aktif mendukung kegiatan seperti ini, sekaligus mendorong sertifikasi halal di kalangan UMKM,” kata Ambawani. Dukungan ini krusial untuk menciptakan pemahaman yang lebih luas tentang prinsip dan manfaat ekonomi syariah, serta mendorong lebih banyak pelaku UMKM untuk mendapatkan sertifikasi halal.
Seminar nasional ini sendiri merupakan hasil kolaborasi antara UIN Walisongo dan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, serta didukung oleh Walisongo Halal Center. Kegiatan ini dihadiri oleh civitas akademika, pemerintah, dan pelaku industri, menunjukkan sinergi kuat dari berbagai pihak dalam mengembangkan industri halal. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini diharapkan melahirkan generasi sadar halal, yang kelak menjadi agen-agen pembangun ekosistem halal yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan.