JAKARTA – Kualitas ikan hasil tangkapan dari Kampung Nelayan Modern (Kalamo) Samber-Binyeri di Biak semakin mendapatkan tempat di hati konsumen. Indikasi positif ini terlihat dari terus berlanjutnya pengiriman ikan beku ke Pulau Jawa, yang kali ini telah memasuki pengiriman keempat. Sebanyak 16 ton ikan beku, yang terdiri dari beragam jenis ikan unggulan seperti tuna, cakalang, marlin, dan ikan karang khas perairan Pasifik, berhasil didistribusikan ke Semarang, Jawa Tengah. Keberhasilan ini merupakan buah dari kerja keras dan keuletan Koperasi Samber-Binyeri Maju (KSBM) selaku pengelola Kalamo Biak.
Proses pengiriman ikan ini menerapkan teknologi rantai dingin yang teruji, sebuah langkah penting untuk memastikan mutu ikan tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen. KSBM menggandeng PT Perikanan Nusantara Jaya sebagai mitra strategis dalam upaya ini.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Lotharia Latif, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kemajuan pesat yang diraih oleh KSBM dan Kalamo Biak. Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta pada Rabu (5/3/2025), Latif mengungkapkan bahwa keberhasilan ini menjadi contoh nyata bagaimana koperasi perikanan dapat menjadi motor penggerak kesejahteraan nelayan.
Koperasi Sebagai Pilar Ekonomi Kerakyatan untuk Nelayan
“Koperasi, dengan prinsip ekonomi kerakyatannya, memiliki peran sentral dalam meningkatkan taraf hidup nelayan. Hal ini diwujudkan melalui pengelolaan usaha perikanan yang lebih terstruktur, perluasan akses pasar, dan efisiensi dalam pengelolaan hasil laut,” jelas Latif.
Produktivitas Meningkat, Pasokan Ikan Meluas
Ketua KSBM, Adam Mampioper, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas pencapaian ini. Ia menuturkan bahwa pengiriman keempat ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam hal kecepatan pengumpulan ikan. “Jika sebelumnya kami membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan untuk mengumpulkan kuota minimal 16 ton, kali ini hanya dalam waktu 1 bulan saja target tersebut sudah tercapai. Ini menandakan bahwa produktivitas masyarakat nelayan di sini semakin meningkat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Adam menambahkan bahwa pasokan ikan kini tidak hanya berasal dari Kampung Samber Binyeri, tetapi juga melibatkan kampung-kampung nelayan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan dampak positif keberadaan koperasi yang semakin meluas.
Dampak Positif Koperasi bagi Nelayan
Peningkatan produktivitas ini, menurut Adam, adalah bukti nyata bahwa koperasi memberikan dampak positif yang signifikan bagi nelayan. “Dengan adanya koperasi, nelayan memiliki akses pasar yang lebih luas. Hal ini berimbas pada peningkatan harga jual ikan, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nelayan,” katanya.
Insentif untuk Motivasi Nelayan
data-sourcepos=”27:1-27:395″>Direktur PT Perikanan Nusantara Jaya, Ryan Adiputro Prayitno, membenarkan dampak positif yang dirasakan oleh nelayan. Sebagai bentuk dukungan dan kemitraan, pihaknya berencana memberikan insentif atau reward kepada koperasi. “Kami berharap insentif ini dapat semakin memotivasi dan meningkatkan semangat nelayan, sehingga tren peningkatan produktivitas ini dapat terus berlanjut,” ungkap Ryan.
Kalamo Biak Sebagai Model Koperasi Nelayan Modern
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, telah menyampaikan bahwa keberhasilan Kalamo Biak ini merupakan langkah maju yang penting dalam upaya mendorong kemandirian nelayan lokal. Ia berharap Kalamo Biak dapat menjadi model koperasi nelayan modern yang berdaya saing tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pengelolaan koperasi yang profesional dan berorientasi pada kesejahteraan anggota dapat menjadi kunci sukses dalam sektor perikanan.