BeritaNasional

Abdul Mu`ti: Ketakwaan Kunci Kejayaan Generasi Emas

×

Abdul Mu`ti: Ketakwaan Kunci Kejayaan Generasi Emas

Sebarkan artikel ini
Abdul Mu`ti: Ketakwaan Kunci Kejayaan Generasi Emas

Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu`ti, menegaskan bahwa ibadah puasa memiliki peran krusial dalam membentuk karakter bangsa, khususnya dalam mempersiapkan generasi unggul yang berakhlak mulia menyongsong Generasi Emas 2045. Penegasan ini disampaikan dalam ceramahnya yang bertajuk “Pendidikan Akhlak Menuju Generasi Emas 2045” di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu (2/3/2025).

Puasa sebagai Sarana Mencapai Generasi Emas 2045 Berakhlak Mulia

Dalam ceramahnya, Abdul Mu`ti menekankan bahwa puasa tidak boleh dipandang hanya sebagai ritual ibadah semata. Lebih dari itu, puasa adalah sebuah sarana pendidikan yang sangat efektif untuk membentuk karakter individu menjadi lebih baik. Karakter yang kuat ini, menurutnya, akan menjadi fondasi penting bagi kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam mewujudkan Generasi Emas 2045.

“Karena puasa tidak hanya sekadar ritual ibadah, tetapi merupakan sarana pendidikan untuk membentuk individu dengan karakter yang baik, yang pada akhirnya berkontribusi pada kemajuan bangsa Indonesia menuju Generasi Emas 2045,” ujar Abdul Mu’ti.

Relevansi Puasa dengan Tujuan Pendidikan Nasional

data-sourcepos=”17:1-17:446″>Lebih lanjut, Mendikdasmen Abdul Mu`ti mengaitkan ibadah puasa dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa Indonesia. Cita-cita tersebut, yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia juga menyoroti tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menekankan pentingnya pembentukan karakter mulia melalui pendidikan.

“Ibadah puasa memiliki kaitan yang sangat erat dengan tujuan pendidikan nasional,” tegas Mendikdasmen. Menurutnya, puasa adalah implementasi nyata dari nilai-nilai pendidikan karakter yang ingin ditanamkan dalam diri setiap warga negara Indonesia.

Puasa Menyucikan Jiwa dan Bentuk Generasi Unggul

Abdul Mu`ti menjelaskan bahwa esensi dari ibadah puasa adalah penyucian jiwa. Puasa menjadi stimulus yang kuat untuk membersihkan jiwa manusia dari sifat-sifat tercela yang dapat menjerumuskan pada perbuatan buruk. Dengan jiwa yang bersih, individu akan terhindar dari perbuatan yang merendahkan derajat kemanusiaannya.

“Puasa adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa kita, ruhani kita dari sifat yang tercela,” jelasnya. Proses penyucian jiwa melalui puasa ini, menurutnya, adalah langkah awal dalam membentuk generasi unggul yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia.

Mendikdasmen menggambarkan Generasi Emas 2045 sebagai generasi yang ideal, yaitu generasi yang cerdas secara intelektual, terampil dalam berbagai bidang, dan sekaligus berakhlak mulia. Generasi ini diharapkan mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Ia menekankan bahwa ketakwaan adalah kunci utama kemuliaan manusia dan kejayaan bangsa.

“Generasi emas 2045 adalah generasi yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia. Generasi ini harus mampu menggabungkan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Karena ketakwaan adalah kunci kemuliaan manusia dan kejayaan bangsa,” sebutnya.

Selain itu, Abdul Mu`ti menambahkan bahwa Generasi Emas juga harus memiliki keterampilan hidup yang mumpuni, memiliki sifat rendah hati, dan senantiasa berupaya untuk menciptakan kemaslahatan di dunia.

Sikap yang Dibentuk Puasa untuk Generasi Emas

Lebih lanjut, Abdul Mu`ti mengungkapkan bahwa puasa secara langsung melatih berbagai sikap positif yang sangat relevan untuk pembentukan karakter Generasi Emas. Sikap-sikap tersebut antara lain kemampuan menahan diri, tidak rakus, merasa cukup dengan rezeki yang dimiliki, bersyukur, dan gemar berbagi kepada sesama.

“Generasi emas ini bisa dibentuk melalui puasa yang melatih kita untuk menahan diri, tidak rakus, merasa cukup dengan apa yang kita konsumsi, bersyukur, dan berderma kepada sesama,” tambah Mu`ti.

Ia menegaskan bahwa nilai-nilai seperti kesederhanaan, kejujuran, dan kemampuan untuk membantu sesama adalah karakter yang sangat penting untuk dimiliki oleh generasi masa depan. Melalui pembentukan karakter yang kuat melalui ibadah puasa, diharapkan generasi Indonesia dapat meraih kesuksesan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat dan negara.

“Generasi emas harus memiliki komitmen untuk memajukan masyarakat dan berdedikasi demi kemajuan bangsa dan negara,” ungkap Mendikdasmen.

Pendidikan Berbasis Nilai Agama Kunci Generasi Emas

Sebagai penutup, Abdul Mu`ti menyampaikan harapan besarnya bahwa melalui pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, akhlak mulia, dan ketakwaan, Indonesia akan mampu mewujudkan Generasi Emas 2045. Generasi emas yang tidak hanya unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki karakter yang kokoh untuk membawa negara menuju puncak kejayaan.

“Melalui pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, akhlak mulia, dan ketakwaan, Mu`ti berharap Indonesia dapat mewujudkan Generasi Emas 2045, yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki karakter yang baik untuk membawa negara menuju kejayaan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *