Jakarta, Indonesia dan Mongolia semakin mempererat hubungan bilateral dengan menjajaki berbagai peluang kerja sama strategis. Pembicaraan yang berlangsung di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri RI ini mencakup potensi besar di sektor industri tekstil, pangan halal, pembangunan berkelanjutan, hingga inisiatif ambisius untuk mewujudkan perjalanan bebas visa dan konektivitas udara langsung.
Memperkuat Rantai Pasok Tekstil Global
Salah satu poin utama diskusi adalah potensi sinergi di industri tekstil. Menteri Luar Negeri Mongolia, Battsetseg Batmunkh, menyoroti bagaimana produk unggulan masing-masing negara dapat saling melengkapi. “Wol Kashmir yang berkualitas tinggi dari Mongolia dapat melengkapi produksi tekstil canggih Indonesia, sementara pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan di pasar kami,” jelas Batmunkh dalam pernyataan pers bersama Menteri Luar Negeri RI, Sugiono. Pernyataan ini menggarisbawahi visi kedua negara untuk tidak hanya meningkatkan perdagangan, tetapi juga membangun rantai pasok yang lebih kuat dan terintegrasi, memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing.Menuju Konektivitas yang Lebih Mudah: Bebas Visa dan Penerbangan Langsung
Dalam upaya memfasilitasi hubungan bisnis dan mempererat ikatan antar masyarakat, Indonesia dan Mongolia sepakat untuk memulai konsultasi mengenai pengaturan perjalanan bebas visa. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong pertukaran budaya, pariwis, dan investasi antar kedua negara.
Tidak hanya itu, pentingnya membangun konektivitas udara langsung antara Jakarta dan Ulaanbaatar juga menjadi fokus utama. Batmunkh menyatakan optimisme mengenai kemajuan ini. “Saya senang mengetahui bahwa otoritas masing-masing telah bertukar draf teks tentang perjanjian layanan udara, dan kami berharap dapat memajukan inisiatif ini dengan cepat,” ujarnya. Konektivitas langsung ini dipercaya akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan interaksi lintas batas.
Peluang Baru di Sektor Pangan Halal dan Pembangunan Berkelanjutan
Selain tekstil dan konektivitas, Mongolia juga menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang pembangunan hijau dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan komitmen global terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan. Lebih lanjut, potensi ekspor daging halal Mongolia juga menjadi topik diskusi yang produktif. “Kami telah melakukan diskusi produktif mengenai potensi ekspor daging halal Mongolia, sebuah sektor yang menawarkan keuntungan bersama,” tambah Batmunkh. Kerjasama ini membuka peluang baru bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan daging halal domestik sekaligus mendukung pengembangan sektor pangan di Mongolia.
Meningkatkan Dialog Politik dan Dukungan Regional
Kedua negara juga berkomitmen untuk meningkatkan dialog politik dan kerja sama di sektor-sektor kunci lainnya, seperti perdagangan, investasi, infrastruktur, ketahanan pangan, dan ketahanan iklim. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dan Mongolia untuk membangun kemitraan yang komprehensif dan multidimensional.
Dalam konteks regional, Batmunkh kembali menegaskan dukungan kuat Mongolia terhadap sentralitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan aspirasi Mongolia untuk menjadi mitra dialog di kawasan. Dukungan ini memperkuat posisi ASEAN sebagai kekuatan sentral di Asia Tenggara dan membuka jalan bagi Mongolia untuk lebih aktif berkontribusi dalam dinamika regional.
Di sisi lain, Batmunkh juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Indonesia terhadap Mongolia sebagai tuan rumah sesi ke-17 Konferensi Para Pihak (COP17) Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD) pada tahun 2026. Dukungan ini menjadi bukti nyata komitmen kedua negara terhadap isu-isu lingkungan global dan upaya bersama dalam memerangi penggurunan yang menjadi tantangan serius di banyak belahan dunia.
Secara keseluruhan, pertemuan bilateral antara Indonesia dan Mongolia ini menandai babak baru dalam hubungan kedua negara, menjanjikan kerja sama yang lebih erat dan saling menguntungkan di berbagai sektor strategis.